SOLOPOS.COM - Ilustrasi mebel rotan (JIBI/Solopos/Antara)

Pengrajin melakukan proses akhir pewarnaan mebel rotan di pusat penjualan rotan di Jakarta, Kamis (6/11). Pemerintah menargetkan nilai ekspor mebel kayu dan rotan olahan mencapai US$ 5 miliar dalam lima tahun mendatang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Ilustrasi mebel(JIBI/Solopos/Antara/M. Agung Rajasa)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Ketua Asmindo Jateng Erie Sasmito mengatakan musim hujan mengurangi kualitas bahan baku mebel karena tingkat kekeringan kayu menjadi tidak optimal seperti saat musim kemarau.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

“Untuk tingkat kekeringan kayu ini memang tidak sebaik saat kemarau, terutama untuk kayu-kayu lunak,” ujarnya seperti dikutip Antara, Rabu (26/11/2014).

Menurutnya, di antara sejumlah kayu yang digunakan sebagai bahan baku mebel hanya kayu jati yang tidak terlalu berpengaruh terhadap musim, sedangkan hampir semua kayu lain sangat berpengaruh terhadap kondisi saat ini di antaranya kayu mangga, sengon, dan mahoni.

Jika produksi dipaksa dengan bahan baku kayu dengan tingkat kekeringan seadanya maka kualitas mebel akan jelek dan berpengaruh terhadap nilai jual. Bahkan para pemesan akan kecewa dengan hasil produksi.

Sebagai solusi dari minimnya panas matahari, sebelum menggunakan kayu untuk dijadikan sebagai produk mebel, para pengrajin lebih dulu mengoven kayu-kayu tersebut.

Pada tahap inipun harus dilakukan dengan tepat karena jika tingkat panasnya melebihi rata-rata maka kayu akan pecah dan tidak bisa digunakan. Menurutnya, tingkat panas oven tergantung dari masing-masing jenis kayu.

Sementara itu, Erie mengakui musim hujan juga berpengaruh terhadap ketersediaan kayu terutama kayu hutan. Menurutnya, para pencari kayu enggan masuk ke hutan jika hujan.

Sebelumnya, pengurus Asmindo Kabupaten Jepara Sahli Rais mengatakan jika musim hujan tiba ada sebagian produsen mebel di Jepara enggan berproduksi.

Pertimbangannya tak hanya bahan baku yang sulit masuk, namun juga kualitas kayu yang dinilai kurang kering. Menurutnya, jika produksi tetap dilakukan dengan kayu yang ada maka kualitas produksi akan buruk dan para pembeli yang kebanyakan dari negara asing akan mengembalikan produk yang dibelinya kepada pengrajin untuk direvisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya