SOLOPOS.COM - Festival jamu di Manahan, Minggu (31/8/2014). (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Mahasiswi Akademi Farmasi Nasional Solo memperagakan aqktivitas pedagang jamu saat digelar Jamu Solo's Cultural Heritage di Kompleks Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (31/8/2014). Festival jamu tersebut digelar untuk membudayakan kembali kebiasaan minum jamu di kalangan warga Solo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Ilustrasi jamu . (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Charles Saerang mengatakan jamu bukan hanya konsumsi untuk kalangan orang tua, melainkan juga mulai banyak anak muda menggemarinya.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

“Banyak yang berpikiran mengonsumsi jamu hanya orang-orang tua. Kenapa masyarakat muda kurang menyukai jamu? Maka, jamu harus terus dikenalkan kepada anak-anak muda,” katanya seperti dikutip Antara, Selasa (2/12/2014).

Hal itu diungkapkannya usai Semiloka Gerakan Nasional Budi Daya Tanaman dan Produk Herbal Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Rakyat bertempat di kampus FISIP Universitas Diponegoro Semarang.

Menurut dia, jamu yang merupakan produk unggulan Indonesia sebagai warisan budaya leluhur memang harus terus dijaga kelestariannya, terutama di kalangan generasi muda yang menjadi penerus bangsa.

“Berbagai upaya bisa dilakukan, seperti mendekatkan jamu kepada kalangan perguruan tinggi (PT). Misalnya, di Undip ini. Pak Rektor juga mencanangkan gerakan minum jamu setiap Jumat,” katanya.

Dengan mendekatkan jamu kepada kalangan intelektual, kata dia, “image” selama ini bahwa jamu hanya dikonsumsi orang-orang pinggiran tidak berlaku lagi. Jamu juga dikonsumsi kalangan intelektual.

Apalagi, kata dia, ragam jamu makin hari juga makin bertambah, seperti mulai banyaknya produk-produk kreasi dan modifikasi dari jamu, seperti dikemas dalam campuran minuman kopi atau teh.

Kalangan PT, kata dia, bisa diajak untuk melakukan riset terhadap jamu, baik dalam peningkatan kualitas bahan baku, pengemasan, maupun pencitraan, agar jamu makin dikenal luas oleh masyarakat.

“Jamu sudah menjadi bagian kehidupan kita sehari-hari. Sebagai tradisi budaya yang harus dilestarikan, diangkat ‘brand position’-nya. Setidaknya ada 3.000 bahan herbal yang berguna untuk jamu,” katanya.

Untuk lebih mengangkat citra jamu di kalangan anak-anak muda, kata dia, mahasiswa di kampus-kampus juga perlu diajak untuk berkompetisi dalam melakukan berbagai riset dan penelitian tentang jamu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya