SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi di rumah bordil. (Freepik)

Solopos.com, DEMAK —  Prostitusi selalu ada di setiap daerah tanpa pandang bulu. Meski dikenal sebagai kota  santri, Kabupaten Demak, Jawa Tengah rupanya juga memiliki sejumlah wilayah prostitusi. Salah satunya adalah Pasar Ganefo di dekat Stasiun Brumbung Mranggen. Di kawasan ini, bisnis prostitusi pernah tumbuh subur.

Dikutip dari sebuah hasil penelitian yang ditilik Solopos.com dari situs repository.unissula.ac.id, Jumat (24/12/2021), kawasan prostitusi Ganefo ini tidak lepas dari peran mantan Presiden Soekarno. Ganefo yang merupakan kependekan dari Games of the New Emerging Forces ini adalah ajang olahraga yang dibuat oleh Presiden Soekarno pada 1962 silam sebagai acara tandingan ajang Olimpiade, karena saat itu Indonesia ditangguhkan dari anggota Komite Olimpiade Internasional (KOI).

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Saat itu, rombongan pembawa api dari Mrapen, Kabupaten Grobogan berhenti di kawasan Stasiun Brumbung tersebut dan melakukan semacam acara seremonial dan pasar rakyat untuk membuka ajang Ganefo tersebut.

Baca Juga: Lokalisasi Mojodadi Kudus: Mojok Langsung Dadi

Dalam acara seremonial itu,Presiden Soekarno turut hadir. Alasan pemilihan kawasan di Stasiun Brumbung sebagai tempat dilakukannya seremonial karena kawasan Stasiun Brumbung  dianggap penting karena letaknya strategis. Di mana pada lokasi tersebut, ada jalur kereta api yang dipecah ke timur menuju Surabaya dan ke selatan menuju Solo dan Yogyakarta.

Saat itu pasar rakyat yang diadakan sangat ramai hingga akhirnya saat ini kawasan tersebut menjadi pasar tradisional dengan nama Pasar Ganefo. Ramainya kawasan Pasar Ganefo tersebut juga diikuti dengan bisnis prostitusi ilegal yang didorong keramaian pasar dan banyaknya aktivitas ekonomi berupa pendirian gudang membuat bisnis ini terus berkembang.

Hingga lambat laun, prostitusi di kawasan Demak tersebut juga menggunakan embel-embel Ganefo yang dikenal hingga sekarang. Ada juga yang menyebutnya sebagai prostitusi Stasiun Brumbung, karena konon praktik prostitusi juga dilakukan di gerbong-gerbong kereta yang ada di stasiun.

Baca Juga: Kudus Kota Santri Ternyata Punya Lokalisasi Legal

Tarif Mulai Rp25.000 Sekali Kencan

Dikutip dari Okezone.com, seorang warga di kawasan Pasar Ganefo Mat Kirin mengatakan praktik bisnis prostitusi di kawasan tersebut biasanya dilakukukan setelah magrib. Saat itulah para pekerja seks komersial (PSK) mulai menjajakan jasanya. Praktiknya biasanya dilakukan di pinggir sawah dengan beralaskan tikar ketika kencan.

Mat juga mengatakan ada sekitar 30 PSK yang menjajakan jasa seksnya dan harganya dipatok dengan harga mulai dari Rp25.000 sekali kencan. Harga itu bisa naik tergantung jenis layanan yang diinginkan. Meski dengan harga murah dan tempat seadanya, namun pelanggan dijanjikan pelayanan yang memadai. Bahkan, bila pelanggan memberi uang lebih, akan semakin dimanjakan oleh penyedia jasa seks tersebut.

Baca Juga: 6 Menu Andalan di Warteg, Mana Favoritmu?

Salah satu PSK yang menjadi primadona di lokalisasi Pasar Ganefo bernama Selin. Banyak pelanggan menilai dia adalah yang paling cantik di antara penyedia jasa seks lainnya. Mat mengatakan bahwa Selin ini adalah warga keturunan yang kabarnya datang dari Kalimantan. Pelanggannya bermacam-macam dari yang hanya naik sepeda motor hingga yang bermobil mewah.

Selin ini memiliki paras yang canmtik, kulitnya putih bersih serta bentuk tubuhnya bagus dan biasanya pelanggan yang pernah menjajal dirinya selalu ketagihan dan balik lagi keseokan malamnya. Selin juga dianggap memiliki wajah yang mirip dengan salah satu pesohor ibu kota. Meskipun pelanggannya ada yang bermobil mewah, namun praktik prostitusinya tetap dilakukan di pinggir sawah dengan beralaskan tikar atau alas plastik.

Namun kawasan Pasar Ganefo ini sudah ditertibkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang pada Febuari 2020 silam dengan membongkar bangunan dan bilik-bilik liar yang berdiri di atas lahan aset perusahaan tersebut. Meskipun sudah ditertibkan, dengan melihat praktik prostitusi yang dilakukan di ruang terbuka, tidak serta merta menghapus kegiatan prostitusi di Kabupaten Demak yang sudah tumbuh lama.

Baca Juga: Bekas Lokalisasi di Kudus Disulap Jadi Peternakan Wedus

Prostitusi di Jalan Lingkar Demak 

Selain di kawasan Pasar Ganefo yang ada di Stasiun Brumbung Mrangen, prostitusi di Kabupaten Demak juga marak terjadi di area Jalan Lingkat Demak Kudus yang merupakan jalur alternatif penghubung antara Demak dan Kudus yang termasuk dalam jalur pantai utara (Pantura).

Maraknya prostitusi di kawasan tersebut membuat banyaknya bangunan-bangunan yang meresahkan warga Demak, khususnya warga Desa Jogoloyo, Kecamatan Wonosalam karena banyak praktik prostitusi dan penjualan minuman keras sementara di lingkungan jalan tersebut banyak berdiri pondok pesantren.

Praktik bisnis prostitusi liar di Demak juga menjamur di Desa Bolo yang ada di Kecamatan Demak yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Lokasi prostitusi ini tepatnya berada di belakang Pasar Jebor di mana di kawasan tersebut banyak  bangunan-bangunan liar yang digunakan sebagai tempat pelacuran liar hingga membuat resah warga sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya