SOLOPOS.COM - Jemaah Masjid Menara di Kampung Melayu, Kota Semarang menikmati kopi Arab saat berbuka puasa, Sabtu (25/6/2016). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda Saputra)

Ramadan di Kota Semarang biasanya diwarnai tradisi minum kopi Arab saat berbuka oleh warga keturunan Yaman, tak terkecuali 2016 ini.

Semarangpos.com, SEMARANG – Kaum muslim di berbagai daerah di Tanah Air memiliki adat atau kebiasan yang berbeda-beda saat puasa di bulan Ramadan, tak terkecuali dengan umat Islam Kota Semarang. Sebagian warga muslim di ibu kota Jateng memiliki kebiasaan yang sudah menjadi tradisi setiap bulan puasa, yakni berbuka dengan minum kopi khas Arab.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Kebiasaan minum kopi Arab saat berbuka puasa Ramadan ini dilakukan kaum muslim keturunan Yaman yang tinggal di Kampung Melayu, Kota Semarang. Mereka biasa berbuka dengan menyeruput kopi Arab di Masjid Menara, Jl. Layur, sebagaimana terpantau wartawan, Sabtu (25/6/2016).

Untuk membuat racikan kopi Arab ini tidaklah mudah. Ali Mahsum, salah seorang warga keturunan Timur Tengah (Timteng), mengaku pembuatan kopi itu tidak bisa dilakukan sembarang orang. Resep yang telah turun-temurun membuat hanya segelintir orang yang bisa menyeduh kopi itu dengan nikmat.

“Yang membuat awalnya orang-orang Yaman yang tinggal di Kampung Melayu. Tapi, lambat laun diwariskan oleh keturunannya yang masih ada di sini,” ujar Ali kepada wartawan di Masjid Menara, Sabtu.

Ali mengaku kopi Arab memiliki khasiat yang tinggi. Kalau orang demam atau masuk angin, menyeruput sedikit kopi itu pasti badannya terasa segar. “Mungkin karena ada jahe dan kapulaga di dalamnya,” imbuh Ali.

Cara membuat kopi Arab memang tidak mudah. Pertama-tama kopi dicampur serbuk kapulaga, jahe yang ditumbuk halus, irisan daun pandan wangi, beberapa merica serai serta kayu manis. Setelah itu, campuran yang sudah dimasukkan ke dalam teko itu diseduh dengan air panas yang baru saja mendidih selama 30 menit sebelum disajikan.

Berbuka dengan kopi Arab itu memang sudah menjadi tradisi warga keturunan Yaman yang berdomisili di Kampung Melayu sejak ratusan tahun silam. Kebiasaan ini diawali sejak kedatangan rombongan saudagar asal Yaman di Semarang pada 1802 silam.

Tempo dulu, kata Ali, selain disajikan untuk berbuka puasa, kopi Arab biasanya juga diminum untuk pereda masuk angin. Namun kini, kopi ini hanya dibuat kala puasa. Itu pun dibuat di Masjid Menara yang menjadi peninggalan para pedagang Yaman. Posisi Masjid Menara yang berada di tepi Sungai Semarang dengan menara yang menjulang tinggi, konon dulunya dijadikan patokan kapal-kapal asal Yaman untuk menepi di Semarang.

Kopi ini sangat nikmat jika disajikan bersama kurma dan panganan kecil lainnya. Salah satu jemaah Masjid Menara,  Ihrom Syafei, mengaku senang dengan tradisi yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam itu dan berharap itu bisa terus dipertahankan.

“Tak afdol rasanya jika berbuka puasa di Masjid Menara tanpa kopi Arab. Rasanya mirip wedang jahe, tapi ada aroma kapulaga. Membuat badan jadi segar setelah seharian berpuasa,” ujar Ihrom.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya