SOLOPOS.COM - Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah, tengah memamerkan warak ngendog bikinannya di rumahnya, Jumat (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Ramadan 2017 di Semarang disongsong dengan perayaan Dugderan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Tradisi Dugderan sudah berlangsung di Semarang sejak ratusan tahun lalu. Festival yang digelar menjelang bulan puasa Ramadan ini biasanya digelar dengan berbagai acara, seperti pasar malam hingga pawai keliling kota.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Saat Pasar Malam Dugderan yang tahun 2017 ini digelar di kawasan Pasar Johar, ada berbagai mainan yang dijual. Namun, dari sekian banyak mainan itu, ada satu mainan yang menjadi ciri khas Dugderan, yakni warak ngendog.

Warak ngendog merupakan hewan imajiner warga Kota Semarang. Tatkala binatang mitologis itu diwujudkan menjadi mainan, bentuk kepalanya menyerupai naga, namun kakinya mirip milik kambing dan tubuhnya berbentuk layaknya unta.

Dulu mainan ini banyak dibuat dari gabus tanaman mangrove. Namun, seiring kemajuan zaman banyak yang membuat mainan ini dari kertas minyak dan batang pohon bambu.

Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah, tengah memamerkan warak ngendog bikinannya di rumahnya, Jumat (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah, tengah memamerkan warak ngendog bikinannya di rumahnya, Jumat (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Di Semarang, saat ini, tersisa sedikit pembuat mainan warak ngendog. Salah satunya adalah Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah.

Dijumpai Semarangpos.com di bengkel usahanya, Jumat (12/5/2017), Arif mengaku sudah sejak lama menekuni pembuatan warak ngendog. Kerajinan membuat warak ngendog itu merupakan keahlian yang diwariskan secara turun temurun dari keluarganya.

“Keluarga saya sudah bikin warak ngendog sejak puluhan tahun lalu. Sekarang tinggal saya yang meneruskan,” ujar Arif.

Arif mengaku dulu di kampungnya banyak keluarga yang membikin warak ngendog. Warak ngendog itu dijual dalam berbagai harga tergantung keinginan sang pemesan.

“Ada yang pesan dengan tinggi 55 cm sampai 3 meter. Kalau yang 55 cm biasanya dihargai Rp25.000-Rp50.000. Kalau yang tinggi besar bisa dijual sampai harga Rp3 jutaan. Kalau yang besar biasanya sih khusus buat karnaval,” ujar Arif.

Saat ini di kampungnya hanya tersisa Arif seorang diri yang membuat warak ngendog. Keluarga yang lain di Kampung Purwodinigratan memilih untuk tidak melanjutkan usaha membuat warak ngendog itu sejak lama.

Alasannya tak lain karena mainan warak ngendog hanya laku dijual saat Dugderan atau memasuki bulan ramadan. Pada hari-hari biasa, mainan yang menggambarkan akulturasi budaya masyarakat Semarang itu jarang bisa ditemui.

“Saya saja sebenarnya kalau sehari-hari kerja sebagai montir. Hanya saat menjelang bulan puasa saja beralih status menjadi pembuat warak ngendog. Hasilnya lumayan sih, cukup buat sangu puasa dan lebaran,” tutur Arif.

Dilansir dari berbagai situs yang menceritakan tentang keberagaaman Kota Semarang, warak ngendog sejatinya merupakan mahkluk rekaan yang merupakan akulturasi dari berbagai golongan etnis yang ada di Semarang, yakni Jawa, Tiongkok, dan Arab.

Kepalanya yang berbentuk naga mewakil budaya Tiongkok. Sementara tubuhnya yang menyerupai unta menggambarkan budaya masyarakat Arab, sedangkan kakinya yang menyerupai milik kambing mewakili etnis Jawa yang tinggal di Semarang.

Warak ngendog saat kirab Dugderan juga akan turut ditampilkan dalam bentuk raksasa. Kirab Dugderan menjelang ramadan kali ini akan digelar Kamis (25/5/2017) mulai pukul 12.00 WIB, dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah, tengah memamerkan warak ngendog bikinannya di rumahnya, Jumat (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Arif Rahman, warga Kampung Purwodinatan RT 002/RW 002, Semarang Tengah, tengah memamerkan warak ngendog bikinannya di rumahnya, Jumat (12/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya