Jateng
Rabu, 20 Maret 2024 - 18:14 WIB

Ramai Dibahas di tengah Banjir Demak, di mana Letak Selat Muria?

Chelin Indra Sushmita  /  Imam Yuda Saputra  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Selat Muria di Abad ke-16 (Wikimedia)

Solopos.com, DEMAK — Banjir bandang yang melanda wilayah pantai utara atau pantura Jawa Tengah (Jateng) meliputi Demak, Kudus, dan Grobogan belakangan dikaitkan dengan keberadaan Selat Muria. Lantas, di manakah letak Selat Muria?

Keberadaan Selat Muria yang hilang bagaikan ditelan Bumi kembali menjadi sorotan publik. Pada zaman dulu, konon selat ini menjadi jalur transportasi yang sangat sibuk dan berperan penting bagi kejayaan Kerajaan Demak.
Menurut catatan sejarah, perairan purba ini dulunya berada di antara Gunung Muria dan Pulau Jawa.

Advertisement

Jika Anda mencari keberadaan perairan ini di Atlas, maka siap-siaplah kecewa, karena selat ini tidak ada di peta. Keberadaan selat purba ini tertulis dalam buku The Geology of Indonesia yang ditulis Van Bemmelen pada 1949.

Buku tersebut menjelaskan bahwa Selat Muria merupakan pelabuhan penting pada abad ke-16 dan ke-17. Kawasan Jepara di sebelah barat Gunung Muria merupakan pelabuhan penting di Selat Muria.

Advertisement

Buku tersebut menjelaskan bahwa Selat Muria merupakan pelabuhan penting pada abad ke-16 dan ke-17. Kawasan Jepara di sebelah barat Gunung Muria merupakan pelabuhan penting di Selat Muria.

Zaman awal Nusantara atau yang dikenal dengan masa-masa kerajaan, baik itu Hindu-Buddha atau Islam, perairan Selat Muria menjadi jalur perdagangan dan transportasi yang ramai dilewati kapal karena menghubungkan kota besar di Jawa bagian barat dengan Jawa bagian timur pada masa itu, seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana.

Kendati demikian, sekitar 1657, endapan sungai yang bermuara di Selat Muria terbawa ke laut. Hal ini pun menyebabkan selat semakin dangkal dan menghilang. Selat Muria pun berubah menjadi daratan dan membuat Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa.

Advertisement

Sementara dikutip dari Geologi.co.id, pendangkalan Selat Muria pada abad ke-17 menyebabkan aktivitas pelayaran terganggu. Saat itu banyak tempat yang berubah menjadi daratan. Hanya pada musim hujan saja sampan kecil dapat melaju pada genangan air.

Menurut Awang Satyana, staf ahli SKK Migas, sedimentasi ini terjadi karena posisi Selat Muria sebagai tempat yang sangat baik untuk menerima sedimen dari berbagai arah. Di sebelah selatan selat ini terdapat perbukitan Zona Kendeng dan Zona Rembang yang dierosi oleh banyak yang sungai yang bermuara di Selat Muria.

Di bagian barat terdapat muara Sungai Serang yang berhulu jauh di lereng timur Gunung Merbabu. Sungai-sungai ini mengangkut material sedimen dari perbukitan yang dilaluinya dan mengendapkannya di Selat Muria. Sementara di sisi utara, ada Gunung Muria yang memiliki gradien kemiringan tinggi dan punya banyak sungai yang mengirim material sedimen ke selatan.

Advertisement

Bekas Wilayah

Salahuddin Husein, dosen Teknik Geologi UGM, menambahkan peran Sungai Tuntang di ujung barat sebagai salah satu faktor utama yang memengaruhi kecepatan sedimentasi Selat Muria. Bersama Sungai Serang, sungai ini membentuk pasangan delta aktif yang membangun morfologi pesisir Demak.

Dengan demikian, Salahuddin menggarisbawahi, pendangkalan Selat Muria didorong oleh faktor “serba ganda”. Dua delta, dua zona pegunungan sedimenter dan dua gunungapi modern menjadi penyumbang terbesar sedimentasi yang memaksa Kesultanan Demak memindahkan pusat pelabuhannya ke Jepara itu.

Jalur perniagaan di pesisir utara Jawa Tengah sampai sekarang masih aktif. Namun setelah sedimentasi mengubah Selat Muria menjadi daratan dan dilanjutkan dengan pengurugan tanah di masa, kapal-kapal dagang diganti berbagai jenis truk dan kendaraan pengangkut lainnya.

Advertisement

Dengan asal-usul yang dekat dengan perairan, maka tidak heran jika dataran rendah bekas Selat Muria ini seperti Demak dan Kudus, kerap dilanda banjir saat musim hujan.

Menurut laman p2stekom.ac.id milik Univesitas Stekom Semarang, ada sejumlah daerah di Kudus, Jepara dan Demak, yang dulunya merupakan atau bekas Selat Muria. Daerah itu terletak di bagian utara Demak, sebagian Kudus, dan sebagian wilayah selatan Jepara.

Daerah-daerah di Demak, Kudus, dan Jepara, ini pula yang kerap menjadi langganan banjir saat musim hujan. Meski demikian, apakah ada kaitannya antara banjir yang melanda di Demak dan Kudus saat ini dengan Selat Muria, tentunya masih harus dilakukan penelitian lebih jauh.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif