Jateng
Senin, 8 September 2014 - 00:50 WIB

REKAYASA LALU LINTAS : Ada Jalur Trayek Mati, Semua Jalur di Kudus Bakal Dievaluasi

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

ilustrasi (JIBI/dok)

Kanalsemarang.com, KUDUS – Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, segera melakukan analisa dan evaluasi semua jalur trayek angkutan desa di daerah setempat, menyusul adanya jalur trayek yang mati.

Advertisement

“Kami mencatat, dari 22 jalur trayek angkutan desa terdapat dua jalur trayek yang mati,” kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Kudus, Didik Sugiharto seperti dikutip Antara, Sabtu (6/9/2014).

Kedua jalur trayek tersebut, yakni trayek Brayung-Bareng dan trayek Terminal Jati-Bareng-Cranggang.

Advertisement

Kedua jalur trayek tersebut, yakni trayek Brayung-Bareng dan trayek Terminal Jati-Bareng-Cranggang.

Selain itu, kata dia, jumlah angkutan yang beroperasi di jalur trayek tertentu juga ada yang berkurang drastis sehingga perlu ada evaluasi.

Dengan adanya analisa dan evaluasi, kata dia, nantinya juga dimungkinkan akan dibuka jalur trayek baru yang dimungkinkan lebih menguntungkan pengusaha angkutan.

Advertisement

Masukan untuk membuka jalur trayek baru, kata dia, memang berulang kali diterima, terutama di daerah yang agak terpencil namun potensi masyarakat setempat memanfaatkan angkutan diperkirakan cukup banyak.

Saat ini, kata dia, banyak pemilik angkutan yang pindah ke jalur trayek lain karena jalur trayek yang dimiliki sepi penumpang.

Dari puluhan jalur trayek, kata dia, armada angkutan paling banyak terdapat di jalur trayek Terminal Jati-Terminal Jetak yang mencapai 105 angkutan dari kuota sebanyak 107 angkutan.

Advertisement

Terkait rencana analisa dan evaluasi jalur trayek di Kudus, kata dia, dimungkinkan baru bisa dilaksanakan tahun 2015, karena menyangkut anggaran.

Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kudus, Moch Ma’ruf Sutarwi mengungkapkan, jumlah angkutan yang beroperasi memang cenderung mengalami penurunan karena sepinya penumpang.

“Mudahnya masyarakat mendapatkan kendaraan pribadi turut menyebabkan sepinya penumpang,” ujarnya.

Advertisement

Akibatnya, lanjut dia, angkutan yang beroperasi juga menurun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif