SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, seusai menghadiri pertemuan ahli gizi di Hotel Patra, Kota Semarang, Jumat (16/6/2023). (Solopos.com-Ria Aldila Putri)

Solopos.com, SEMARANG — Sebanyak 1.267 anak di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), masih mengalami tengkes atau stunting. Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, pun menargetkan tahun 2024 nanti, kota yang dipimpinnya itu bisa terbebas dari stunting atau nol.

Hal tersebut disampaikan Wali Kota Semarang yang karib disapa Ita saat acara Temu Ilmiah Nasional (TIN) Persatuan Ahli Gizi (Persagi) 2023 di Hotel Patra, Kota Semarang, Jumat (16/6/2023).

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

“Sekarang 1.267 bayi [alami stunting]. Penurunannya kemarin dari bulan Desember masih di angka 3.500-an. Kemudian turun jadi 2.000 lalu 1.300. Tapi saya masih belum puas, kok turunnya sitik-sitik [sedikit-sedikit],” ujar wali kota perempuan pertama di Kota Semarang itu.

Ia optimistis target itu bisa dicapai melalui berbagai cara. Pihaknya juga sudah mendirikan day care satu khusus stunting atau yang disebut Rumah Pelita di semua kecamatan di Kota Semarang. Di tempat ini anak yang mengalami stunting diberikan treatment khusus agar tumbuh kembangnya menjadi baik.

“Tadi disampaikan setiap puskesmas harus ada ahli gizi. Alhamdulillah di Semarang bahkan ada yang lebih dari satu. Kita juga mengintervensi posyandu dan PKK. Saat ini yang kita kembangkan itu Rumah Pelita, daycare untuk stunting. Saat ini sudah ada tiga agar anak-anak bisa segera lulus dari stunting, karena anak stunting yang dititipkan di daycare itu kelihatan sekali lulusnya lebih cepat,” jelasnya.

Ita bahkan meminta agar Dinas Kesehatan Kota Semarang memiliki anggaran khusus terkait penambahan jumlah daycare khusus stunting. “Nanti pada perubahan anggaran saya minta Pak Hakam [Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang] ada 16 kecamatan, ada rumah daycare untuk intervensi agar 2024 bisa nol persen stunting di Kota Semarang,” sebutnya.

Tak hanya itu, Ita juga berupaya agar masyarakat dapat teredukasi tentang pemenuhan gizi yang baik bagi anak. Jangan sampai ketidakpahaman ini justru memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan anak.

“Harus ada intervensi baik yang stunting atau tidak. Perlu mengajari mereka soal pola makan. Banyak yang diabebetes karena pola makan. Para ahli gizi buat buku tentang stunting, karena mereka yang bisa menghitung komposisi gizi dalam makanan balita hingga remaja,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya