Jateng
Selasa, 15 Mei 2018 - 17:50 WIB

Ribuan Warga Semarang Padati Rute Karnaval Dugderan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash;</strong> Ribuan warga, Selasa (15/5/2018), memadati rute <em>Karnaval Dudgeran 2018</em> yang menjadi agenda tahunan Kota Semarang menyambut datangnya bulan puasa Ramadan.</p><p>Dimulai dari halaman Balai Kota Semarang, ribuan peserta Karnaval Dugderan 2018 dilepas langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan menabuh bedug berkali-kali. Atraksi <em>drum band</em> Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang mengiringi tabuhan bedug dari orang nomor satu di Kota Semarang itu menandai pelepasan peserta <em>Karnaval Dugderan 2018</em>.</p><p>Berurutan, perwakilan dari 16 kecamatan, organisasi kemasyarakatan, dan berbagai komunitas, hingga barongsai, dan tak ketinggalan Warak Ngendog, hewan imajiner yang menjadi ikon Kota Semarang. Setelah itu, Hendi&mdash;sapaan akrab Hendrar Prihadi&mdash;beserta istri, serta Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti dan suami, menyusul dengan kereta kencana diiringi bendi yang dinaiki jajaran muspida.</p><p>Kali ini, rombongan kereta kuda dan bendi yang dinaiki rombongan pejabat itu dikawal oleh pasukan berkuda yang dipimpin langsung oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Pol. Abiyoso Seno Aji berkuda putih. Rute yang dilalui karnaval Dugderan, yakni Balai Kota Semarang, Jl. Pemuda, hingga Jl. Kolonel Sugiyono, kemudian menuju Masjid Agung Semarang atau biasa disebut Masjid Kauman.</p><p>Di Masjid Kauman, Wali Kota Semarang yang memerankan sebagai Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat menerima <em>suhuf halaqah</em> dari ulama, kemudian membacakannya di hadapan masyarakat Kota Semarang.</p><p>Pemukulan bedug di Masjid Kauman diiringi bunyi dentuman seperti meriam yang merupakan cikal bakal nama &ldquo;Dugderan&rdquo;, yakni dari bunyi &ldquo;dug&rdquo; bedug dan &ldquo;der&rdquo; bunyi meriam. Selain itu, dilakukan pula pembagian air khataman Alquran dan ribuan kue ganjel rel, makanan khas Semarang kepada masyarakat yang filosofinya menghilangkan sesuatu yang mengganjal di hati.</p><p>Rombongan bergerak ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk penyerahan suhuf halaqah kepada Gubernur Jateng, diwakili Sekda Jateng Sri Puryono yang berperan sebagai Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo. Di MAJT Semarang, dilakukan pula prosesi yang hampir sama, yakni pembacaan <em>suhuf halaqah</em> oleh Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo kepada masyarakat Jateng yang sebentar lagi memasuki bulan puasa.</p><p>Hendi menjelaskan karnaval Dugderan merupakan tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun lalu yang sebenarnya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa sebentar lagi tiba bulan Ramadhan. "Prosesinya dengan berjalan ke Masjid Kauman Semarang untuk bertemu dengan ulama, kemudian menyiarkannya bareng-bareng kepada masyarakat," kata politikus PDI Perjuangan itu.</p><p><em><strong><a href="http://semarang.solopos.com/">KLIK</a> dan <a href="https://www.facebook.com/SemarangPos">LIKE</a> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif