SOLOPOS.COM - Sejumlah kendaraan roda empat tengah melintas di kubangan air rob yang disebabkan jalan berlubang di Jl Raya Raden Patah, Kaligawe, Genuk, Kota Semarang, Selasa (28/6/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Rob Semarang menurut pakar Hidrologi tak lagi bisa diatasi sistem gravitasi Bumi.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro Semarang Robert J. Kodoatie menyatakan penanganan rob atau limpasan air laut ke daratan di pantau utara Pulau Jawa tak lagi bisa diatasi dengan sistem gravitasi. “Tidak bisa lagi penanganan rob dengan sistem gravitasi karena permukaan tanah dengan air laut sudah tinggi permukaan air laut,” katanya di Kota Semarang, Selasa (28/6/2016).

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Dengan kondisi itu, simpul dia, penanganan dengan mengandalkan sistem gravitasi Bumi seperti pembuatan saluran dan memperbesar sungai sudah tidak akan mempan mengatasi rob. Dibutuhkan relayasa lain selain rekayasa yang mengandalkan daya tarik Bumi tersebut.

Pasalnya, menurut dia, kawasan pesisir Semarang memang terus mengalami penurunan muka tanah dalam setiap tahunnya sehingga semakin lama permukaan air laut akan lebih tinggi dibandingkan permukaan tanah. “Kalau Semarang arah Barat masih bisa menggunakan sistem gravitasi. Namun, di kawasan Timur sudah tidak bisa lagi karena kawasan itu merupakan water front city,” katanya.

Kawasan water front city yang dimaksudkan adalah kota tepi air sehingga memerlukan langkah penanganan secara komprehensif terkait rob yang masih saja menggenang. Penurunan muka tanah yang terus terjadi di kawasan pesisir Semarang itu, kata dia, diperparah oleh semakin padatnya permukiman yang tumbuh.

Selain itu, kata Robert, rob juga dipengaruhi oleh semakin melebarnya cekungan air tanah sehingga tekanan air yang dihasilkan tidak mampu mendesak atau menekan air laut. “Rob ini terjadi di mana cekungan air tanahnya lebar seperti Jakarta, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya. Namun, di Surabaya air tanahnya relatif sempit. Jadi, bisa menekan air laut,” katanya.

Sementara itu, mulai dari kawasan Blora hingga Semarang, lanjut dia, kondisi cekungan air tanah dari menyempit semakin melebar sehingga rob yang paling parah memang terjadi di Semarang. “Dari Blora ke sini, dari mengecil kemudian membesar. Jadi, istilahnya tenaganya sudah habis. Ada tekanan air dari laut. Makanya, dibanding Jakarta dan Pekalongan, rob paling parah terjadi di Semarang,” katanya,

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya