SOLOPOS.COM - Proses meracik rokok dengan cara menggulung tembakau dengan kertas secara mandiri atau tingwe. (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, TEMANGGUNG — Naiknya harga rokok secara masif dan sporadis membuat sebagian konsumen mulai beralih ke tingwe atau meracik tembakau secara mandiri sebagai pengganti rokok. Semakin populernya rokok tingwe pun menjadi asa baru bagi petani tembakau di Tanah Air, tak terkecuali Temanggung, Jawa Tengah (Jateng).

Jateng memang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau di Tanah Air. Salah satu daerah penghasil tembakau di Jateng adalah Kabupaten Temanggung.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Temanggung memiliki syarat utama sebagai daerah penghasil tembakau terbaik di dunia. Lokasi cukup strategis karena dikelilingi pegunungan hingga membuat lahannya subur, serta masyarakatnya yang terkenal ulet dalam merawat tanaman tembakau berkualitas tinggi.

“Dari sisi pencahayaan lereng yang bagian tenggara, itu yang paling bagus. Proses fotosintesa karena sinar matahari lebih bagus, karena posisinya miring ke timur selatan dari sisi pencahayaan. Dari sisi topografi, dia [Temanggung] di atas ketinggian. Semakin tinggi, biasanya citarasanya semakin bagus,” papar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jateng, Supriyanto, dalam kanal Youtube Espos Indonesia.

Salah satu spot terbaik penghasil tembakau Kabupaten Temanggung berada di Kecamatan Bansari. Daerah itu tidak hanya menghasilkan tembakau unggulan, masyarakatnya juga mampu mengolah tembakau yang siap konsumsi.

Masyarakat daerah tersebut menyebutnya lembutan, yakni tembakau yaang dirajang lembut dan diproses secara manual dengan alat tradisional.

“Kita ini berinovasi untuk membuat tembakau yang dirajang halus ataupun yang dinamakan lembutan dipilih memang dari daun terbaik. Dirajang secara halus kemudian diproses sedemikian rupa. Alhasil harganya fantastis, terbaiknya ini Rp1 juta lebih ataupun minim Rp1 juta,” ujar petani tembakau Temanggung, Agus Zamroni.

Ia juga menambahkan, jika saat ini pemuda-pemuda berinovasi membuat lembutan yang bagus. Dari setiap lembar terbaik daun tembakau, terciptalah teknik olahan yang diwariskan turun temurun hingga sekarang, bahkan sudah dijadikan tradisi, yang disebut tradisi melinting tembakau atau tingwe (linting dewe).

Harga Rokok

Tingwe merupakan proses menggulung tembakau secara mandiri sebagai rokok. Tingwe pun menjadi pilihan konsumen di tengah harga rokok pabrikan baik sigaret kretek tangan (SKT) maupun sigaret kretek mesin (SKM) yang terus melambung tinggi seiring naiknya cukai hasil tembakau (CHT) yang hampir terjadi setiap tahun.

“Saya suka rokok lintingan itu awalnya dari cukai rokok yang naiknya gila-gilaan. Jadi rokok itu harganya melambung tinggi dan terpaksa saya harus mencari akal untuk bagaimana caranya masih merokok tapi keuangan aman,” ucap penikmat rokok tingwe, Ginanjar Saputra.

Ginanjar pun mulai keranjingan merokok tingwe setelah tahu cara melinting tembakau dari temannya. Ia bahkan bisa meracik tembakau sesuai dengan selera dan kebutuhan.

Penikmat lain tingwe, Setyawan, mengaku meracik tembakau atau tingwe bisa diatur sesuai imajinasi dan selera masing-masing. “Jadi tiap orang punya varian-varian yang beda. Walaupun tembakaunya sama, kadang beda orang juga beda selera. Itu bisa timbul di situ, di lintingan itu,” jelasnya.

Tembakau linting ini juga bisa dibilang sebagai harapan baru bagi petani tembakau dan membuatnya menjadi seperti pemilik dan pengusaha atas hasil pertaniannya sendiri. Dengan ini petani dapat mengendalikan harga jual sendiri dibandingkan harus memenuhi kebutuhan produsen rokok besar atau pabrik.

“Memang beberapa tahun ini, tembakau yang untuk dijual ke pabrik kurang menguntungkan petani. Jadi, alternatif dari itu kita membuat lembutan yang bisa langsung dijualbelikan secara langsung ke konsumen,” ujar Agus Zamroni.

Sebagai petani tembakau di Temanggung, Agus Zamroni merasakan jika permintaan tembakau untuk pabrik sangat bergantung dengan kebutuhan pabrik. Artinya, pasaran tembakau sangat ditentukan pabrik. Hal itu berbeda dengan lembutan yang cenderung bebas. Pemasaran lembutan ditentukan dan dikendalikan sendiri oleh petani.

Pada akhirnya, tingwe adalah alternatif yang menggiurkan. Tren ini juga menjadi harapan baru bagi petani agar mampu berdikari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya