SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SEMARANG – Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (USD) yang menyentuh angka Rp16.218.25, membuat Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah (Jateng) ancang-ancang menaikkan harga produk manufaktur yang diproduksi di pabrik.

Sebab, situasi yang dialami para pengusaha kini sangat berat dengan adanya nilai tukar rupiah yang semakin lesu.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Ketua Apindo Jateng, Frans Kongi, mengaku sekitar 80 persen bahan baku untuk industri manufaktur di 35 kabupaten/kota masih mengandalkan dari kiriman barang impor. Oleh karena itu, dollar AS yang semakin menguat makin tidak menguntungkan kalangan pengusaha.

“Sangat berbahaya dan paling kami takuti [rupiah melemah]. Karena industri kita 80 persen bahan baku harus impor. Kalau kita impor bayarnya pakai Dollar,” ungkap Frans kepada wartawan, Sabtu (20/4/2024).

Semakin melemahnya nilai tukar rupiah, lanjut Frans, turut melemahkan pengusaha yang bergerak di eksportir.

Musababnya, tarif kargo kapal dari jalur Jawa Tengah menuju Eropa dipastikan sudah naik dua sampai tiga kali lipat.

“Jangan lupa ada rantai pasokan yang mengalami gangguan. Sebab, biaya kapal dari Jateng ke Eropa sudah naik [2-3 kali lipat]. Anggota kami laporkan demikian. Imbasnya ke produk garmen dan ekspor kita. Apalagi sekarang ada perang Iran. Ini betul-betul sangat berat,” sambungnya.

Jalan satu-satunya, Apindo Jateng akan memberlakukan kenaikan harga produk manufaktur untuk semua jenis.

Akan tetapi, besaran kenaikan barang akan disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat Jawa Tengah.

Apindo Jateng juga menaruh harapan yang tinggi kepada tim perekonomian nasional yang dipimpin Menkeu Sri Mulyani dan Bank Indonesia. Ia berharap pemerintah bisa secepatnya mengendalikan nilai tukar Rupiah.

“Harga-harga barang manufaktur kayak pakaian sepatu dan sejenisnya pasti naik tapi perlu juga dilihat daya beli masyarakatnya. Karena menguatnya Dollar ini untuk beberapa industri masih oke misalnya tambang, pertanian kelapa sawit mungkin masih oke. Kayu masih menguntungkan. Tapi saya percaya Menkeu bisa kerja luar biasa untuk jaga Rupiah. Sebab kalau tidak diantisipasi dengan cepat pasti menimbulkan inflasi. Harga minyak akan naik. Listrik akan naik. Gas akan naik. Padahal ini jadi komponen penting di manufaktur. Tentunya harga makanan minuman akan naik juga,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng, Hary Nuryanto, menyebut banyak pengusaha yang merasa waswas dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Bahkan, jika masalah ini tak segera diatasi, dampak yang dirasa bisa sampai ke masyarakat luas.

“Ini lambat laun inflasi bakal naik, utamanya barang produksi impor. Ditambah harga minyak mentah dunia belum stabil karena perang Iran dan Israel. Imbasnya nanti ke biaya logistik akibat perdagangan yang naik semua,” terang Nuryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya