Jateng
Rabu, 23 Agustus 2023 - 21:31 WIB

Secuil Cerita Blora dari Adik Pramoedya Ananta Toer, Antara Kenangan & Harapan

Sandra Kartika Hapsari  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potret Soesilo Toer saat ditemui di Perpustakaan Pataba Blora. (YouTube Espos Indonesia)

Solopos.com, BLORA — Melalui bentang alamnya, Blora sering kali diidentikkan dengan kekayaan kayu jati dan peran besarnya sebagai pusat energi migas terbesar di Jawa Tengah.

Namun di balik itu semua, Blora merangkul peran penting dalam dunia sastra dan literatur nasional. Blora menjadi tempat kelahiran tokoh besar, Pramoedya Ananta Toer dan Soesilo Toer.

Advertisement

Blora, sebuah kota yang tak lekang oleh waktu, terus mengukuhkan posisinya sebagai tempat pulang bagi banyak orang. Bagi mereka yang berjuang keras di luar sana, kembali ke Blora selalu memberikan ketenangan yang tiada tara.

Tak dapat dipungkiri, ketika membicarakan tempat yang nyaman, tak ada yang sebanding dengan rumah, dan di Blora lah rumah sejati bagi banyak orang.

Advertisement

Tak dapat dipungkiri, ketika membicarakan tempat yang nyaman, tak ada yang sebanding dengan rumah, dan di Blora lah rumah sejati bagi banyak orang.

Sama halnya yang dirasakan oleh Soesilo Toer yang tak lain dan tak bukan adalah adik dari penulis besar kebanggaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.

No place like home,” tutur Soesilo Toer saat ditanya Espos Indonesia mengapa lebih memilih untuk pulang ke Blora dibanding menetap di negeri orang.

Advertisement

Dahulu, Blora dianggap sebagai kota yang tidak makmur. Namun sekarang, Blora telah menjelma dan bertransformasi dengan menunjukkan perkembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam retrospeksi, kota di bagian selatannya ini dahulu terkenal dengan penjual enjet atau kapur sirih yang digunakan untuk nginang pada zaman dahulu. Sementara di sisi utaranya, dikenal sebagai penjual petis karena letaknya yang bersinggungan dengan laut.

Advertisement

Rangkaian perjalanan kisah-kasih Kota Blora terangkum abadi dalam karya kakak beradik ini, salah satunya Dunia Samin, karya Soesilo Toer.

Saat ditemui di rumah masa kecilnya, lelaki berusia 86 tahun ini menuturkan keinginannya untuk meningkatkan minat membaca dan menulis generasi muda. Di tahun yang sama pada waktu Pramoedya Ananta Toer wafat, yakni 2006, Perpustakaan Pataba dengan akronim Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa diresmikan.

Lebih dari sekadar memberikan penghidupan lewat karya, Soesilo Toer juga mengambil peran aktif dalam meningkatkan literasi dan budaya baca di Indonesia. Melalui upaya ini, Soesilo mengambil peran sebagai agen perubahan yang mampu membangkitkan minat membaca serta mengapresiasi karya tulis.

Advertisement

Soesilo Toer telah memberikan kontribusi membangun sekira 20 perpustakaan di sekitaran Blora. Itu menggambarkan komitmennya dalam memajukan bahasa tulis di negeri ini melalui inisiatif Indonesia Membaca Menuju Indonesia Menulis.

Dalam semangat meneruskan api semangat literasi kepada generasi muda, Soesilo Toer telah mengeluarkan sebuah pesan yang membangkitkan semangat dalam membaca dan menulis.

Berbeda dengan moto yang dikenal dari Pramoedya Ananta Toer, yakni “Bacalah! Bukan Bakarlah!” Soesilo Toer mewakili pandangan bahwa membaca bukanlah sekadar mengkonsumsi kata-kata, melainkan juga harus menjadikan bahan bakar yang membara untuk mengilhami kreativitas dan semangat generasi muda.

Dengan seruan “Bacalah dan Bakarlah Semangatmu, Membaca dan Menulis!” Soesilo Toer merangkul konsep yang lebih relevan kepada generasi muda untuk membawa semangat membaca dan menulis dalam setiap aspek kehidupan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif