SOLOPOS.COM - Tak hanya di Batang, Cilacap juga punya tradisi kliwonan (jatengprov.go.id)

Solopos.com, BANYUMAS — Malam Jumat Kliwon memang menjadi waktu yang sakral bagi masyarakat di Jawa Tengah. Tak heran jika masing-masing daerah mempunyai budaya dan tradisi dalam menyambut hari yang dianggap istimewa ini.

Jika di Jawa Tengah bagian utara, Kliwonan lekat sebagai tradisi yang dijalankan di kabupaten Batang, di Jawa Tengah bagian selatan Anda bisa menjumpai uniknya tradisi Kliwonan di Kabupaten Cilacap.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Dikutip dari Jurnal Sabda Volume 13 berjudul Tradisi Jumat Kliwonan Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah karya Bagus Wiranto, sebagai wilayah dengan garis pantai terpanjang di Jawa Tengah, masyarakat di Cilacap dikenal dengan mata pencahariannya sebagai nelayan.

Nah, tradisi Kliwonan hingga kini masih menjadi hal rutin yang dilakukan para nelayan yang ada di Cilacap, baik melalui prosesi ritual sampai dengan menghindari hal-hal yang telah menjadi pantangan. Lantas, apa saja ritual dan pantangan pada tradisi Kliwonan di Cilacap?

Masyarakat nelayan di Cilacap membudayakan ritual sedekah laut. Deretan pedagang bunga dan perlengkapan sesajian menjadi pemandangan yang tak asing dijumpai setiap mendekati Jumat Kliwon.

Prosesi ritual sedekah laut dilakukan dengan memberikan sesaji di beberapa tempat yang dianggap keramat sampai dengan peralatan yang dianggap penting, seperti perahu yang digunakan sebagai armada melaut hingga peralatan yang biasa digunakan menangkap hasil laut.

Usai meletakkan sesaji, mereka biasanya akan melakukan doa bersama dengan harapan hasil tangkapan mereka di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Selain itu, mereka juga berdoa untuk memohon keselamatan dalam bekerja.

Adapun pantangan yang harus dihindari pada saat Jumat kliwon adalah masyarakat tidak diperbolehkan melaut. Menurut kepercayaan masyarakat, pantangan itu telah ada secara turun-temurun.

Konon, barang siapa yang melaut pada Jumat Kliwon maka mereka akan celaka karena tak ada penjagaan dari bahurekso atau penjaga pantai selatan.

Larangan tersebut tak sebatas pada kegiatan mencari hasil laut. Akan tetapi seluruh proses pekerjaan tersebut, seperti bongkar muat hasil sampai dengan persiapan perbekalan untuk melaut juga wajib untuk dihentikan. Mereka baru bisa kembali melakukan pekerjaannya paling cepat adalah usai waktu Zuhur.

Hingga kini, tidak ada satupun dari mereka yang berani melanggar pantangan tersebut. Bagi masyarakat nelayan Cilacap, menghargai leluhur adalah sebagai kewajiban yang harus dijalankan. Nelayan yang nekat pergi melaut pada masa Kliwonan biasanya akan mendapat hukuman.

Diceritakan apabila terjadi kecelakaan di laut pada masa Kliwonan maka proses pencarian korban akan memakan waktu lebih lama dan prosesnya akan lebih sulit.

Terlepas dari segala prosesi dan ritual tradisi Kliwonan di Cilacap, masyarakat yang beragama Islam lebih memaknai waktu tersebut sebagai hari libur untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi dan berfokus untuk beribadah.

Selain itu, tradisi ini ternyata bermanfaat dalam menjaga kebersamaan dan kerukunan di masyarakat. Tak hanya itu, jeda waktu melaut berkat adanya tradisi Kliwonan juga memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan biota laut.

Dilihat dari sisi ekologi, jeda tersebut sama halnya dengan memberi kesempatan biota laut untuk berkembang biak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya