SOLOPOS.COM - Ketua Paguyuban Batik Semarang, Eko Hariyanto, saat menunjukkan batik khas Semarang di rumahnya, beberapa waktu lalu. (Dok. Solopos.com-Imam Yuda Saputra)

Solopos.com, SEMARANGBatik Semarangan selama ini identik dengan motif bergambar ikon-ikon Kota Semarang seperti warak ngendog, Tugu Muda, dan Lawang Sewu. Kendati demikian, jauh sebelum motif-motif itu populer, batik Semarangan sebenarnya sudah memiliki motif yang cukup populer. Sayangnya, motif lama batik Semarang itu saat ini sudah mulai pudar dan nyaris terlupakan.

Ketua Paguyuban Kampung Batik Semarang, Eko Haryanto, mengatakan motif batik seperti warak ngendog, Tugu Muda, Lawang Sewu, bandeng dan wingko, sebenarnya merupakan motif batik Semarang yang modern. Motif-motif itu bahkan baru ada sekitar belasan tahun terakhir, yakni sejak 2006 hingga 2023.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

“Jadi ada tiga fase batik Semarangan. Pertama, [motif] batik yang mengalami perubahan perkembangan di tahun 1800 itu terkait flora dan fauna, yang dipengaruhi budaya Eropa, khususnya Belanda. Setelah itu, fase kedua tahun 1950-1980-an yang dipengaruhi budaya China, motifnya seperti burung hong dan burung merak,” ujar Eko kepada Solopos.com, Senin (2/10/2023).

Eko menambahkan pada tahun 1950-1980-an, batik Semarangan juga dipengaruhi budaya keraton Solo dan Jogja. Pada fase tersebut, banyak motif-motif batik di Semarang bergaya Solo dan Yogyakarta dengan motif seperti parang dan kawung.

“Nah pada fase ketiga, sekitar tahun 2006-2023, saat program revitalisasi, muncullah motif ikon Semarang. Saat itu, warga Kota Semarang dilatih membuat batik, namun membatik bukanlah proses yang mudah. Tidak bisa setahun dua tahun,” jelasnya.

Keterbatasan itu kemudian para perajin membuat jalan keluar atau terobosan dengan membuat motif batik yang dikenal saat ini, yakni motif warak ngendog, Tugu Muda, hingga Gedung Lawang Sewu.

“Sebagai jalan keluar dijadikannya motif ikon sebagai jalan keluar seperti motif wingko babat, warak ngendok, bandeng. Motif yang dimunculkan di batik ikon ini ada karena keterbatasan kemampuan masyarakat Semarang untuk membuat motif batik, sehingga yang muncul saat ini motif ikon. Padahal, waktu itu hanya untuk pemula [perajin batik],” jelasnya.

Ia pun menyayangkan hilangnya motif asli Batik Semarang karena saat ini motif batik yang dikenal merupakan motuf batik yang dihasilkan pada era revitalisasi. Padahal, batik Semarangan warisan masa lampau juga penting sebagai warisan budaya.

“Akhirnya dari 2006-2023 jadi keenakan buat yang mudah dan membuat batik [asli] Semarangan hilang. Ini jejak motif Semarang lama dari zaman Belanda, batik Semarangan yang dipengaruhi budaya China dan keraton itu pun hilang,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya