SOLOPOS.COM - Patung Warak Ngendog yang didirikan di Taman Pandanaran, Kota Semarang. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Sebagian besar masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pasti sudah tidak asing dengan binatang mitologi Warak Ngendog. Bintang rekaan yang merupakan gabungan dari tiga hewan itu bahkan telah menjadi ikon khas Kota Semarang dan patungnya didirikan di sejumlah lokasi di Kota Semarang. Lantas, bagaimana awal mula atau sejarah serta makna Warak Ngendog bagi masyarakat atau umat Islam yang tengah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan?

Pengamat Sejarah Kota Semarang, Rukardi, mengatakan jika Warak Ngendog merupakan simbol bagi warga Kota Semarang. Makhluk ini digambarkan dengan kepala berbentuk naga, tubuh seperti burak (kendaraan nabi Muhammad ketika Isra), dan kaki menyerupai kaki kambing.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

“Warag Ngendog adalah binatang mitologi, tak ada di dunia nyata. Sumbernya itu, awalnya dari mainan anak-anak. Mainan ini [Warag Ngendog] sejak dulu diperdagangkan pada event Dugderan yang notabene penanda awal mula bulan Ramadan,” kata Rukardi kepada Solopos.com, Kamis (23/3/2023).

Lebih lanjut, tiga hewan berbeda itu merepresentasikan tiga etnis berbeda, yakni Tionghoa dengan naga, Arab dengan burak dan Jawa dengan kambing. Hngga saat ini, belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti kapan kali pertama Warak Ngendog itu muncul.

“Riset [kemunculan] pastinya [Warak Ngendog] belum ada. Jadi belum ada yang membuktikan apakah muncul kali pertama Dugderan digelar 1888, atau saat bupati pertama atau era berikutnya, sampai saat ini belum ada sejarah menyebut itu,” sambungnya.

Terkait penafsiran Warag Ngendok, Rukardi menjelaskan makhluk mitologi tersebut memiliki banyak penafsiran. Namun, penafsiran tersebut tak jauh dari alkuturasi budaya dan bulan suci Ramadan.

“Tafsiranya macam-macam. Pastinya Warag ini dari nama bahasanya Arak, Waroki, artinya suci. Maka diperjual belikan jelang Ramadhan. Jadi memiliki makna kesucian,” jelasnya.

Lebih dari itu, warak bisa diibaratkan prosesi umat Islam atau Jawa-Islam saat menjalankan prosesi puasa di bulan Ramadhan. Pasalnya, sebelum puasa atau pada saat puasa, jiwa manusia harus suci.

“Kemudian kata Ngendok sendiri, sebagaimana gambaran pahala yang diberikan ketika nantinya tuntas melaksanakan ibadah puasa,” imbuhnya.

Warak Ngendog pun saat ini menjadi ikon bagi Kota Semarang. Bahkan, Pemkot Semarang kerap merepresntasikan bintang mitologi ini dalam berbagai kegiatan. Tak hanya itu, gambar Warak Ngendog juga kerap dijadikan simbol Kota Semarang, terutama pada kain batik khas Semarang yang kerap digunakan dalam seragam aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Semarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya