SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kelenteng Sam Poo Kong. (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Solopos.com, SEMARANG — Festival Arak-arakan Ceng Ho akan kembali digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), 19-20 Agustus nanti. Agenda wisata yang rutin digelar setiap tahunnya ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya Kelenteng Sam Poo Kong.

Kelenteng Sam Poo Kong dipercaya sebagai bekas tempat persinggahan Laksamana Ceng Ho atau Zheng He kali pertama melakukan pendaratan di Semarang pada abad ke-15.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Peristiwa kedatangan Ceng Ho ke Semarang ini pun selalu diperingati dengan berbagai acara, salah satunya adalah Festival Arak-arakan Ceng Ho. Acara festival ini dimulai dengan kirab membawa patung dewa dari Kelenteng Tay Kak Sie, yang berada di kawasan Pecinan, menuju Klenteng Sam Poo Kong.

Festival ini dimeriahkan pula dengan pertunjukan kesenian tradisional perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa. Kehadiran Festival ini sekaligus bisa menjadi momen istimewa bagi pengunjung untuk mengenal sejarah, terutama tentang kisah kedatangan armada Laksamana Cheng Ho dan asal muasal berdirinya Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang.

Dikutip dari berbagai sumber, Ceng Ho merupakan seorang pelaut dan penjelajah muslim Tiongkok terkenal dan merupakan penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah. Selain itu, ia pun dikenal sebagai pemimpin yang arif bijaksana dengan jumlah armada yang besar.

Pada abad ke-15 Masehi, Laksamana Cheng Ho mendapat perintah dari Dinasti Ming untuk melakukan pelayaran dalam misi perdamaian dan diplomatik. Pelayaran pertamanya dilakukan pada 1405. Tujuan pelayaran ini di antaranya adalah Malaka, Sumatera, dan Pulau Jawa. Banyak kota di Indonesia yang disinggahi oleh Cheng Ho, salah satu adalah Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Pantai Simongan

Dikutip dari id.wikipedia.org, armada Laksamana Zheng He atau Ceng Ho merapat di Pantai Simongan Semarang pada 1416 karena juru mudinya, Wang Jing Hong, sakit keras. Lalu, Cheng Ho menjadikan sebuah gua batu sebagai tempat beristirahat dan pengobatan Wang Jing Hong. Sementara juru mudinya menjalani pengobatan, Laksamana Cheng Ho melanjutkan pelayaran ke arah timur.

Selama di Simongan, Wang bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Pada 1417, untuk menghormati pemimpinnya, Wang membuat patung Cheng Ho. Inilah awal mula pembangunan Klenteng Sam Poo Kong.

Laksamana Cheng Ho terlahir dengan nama Ma San Bao. Itulah mengapa kelenteng/tempat petilasan untuk Zheng He menggunakan nama Sam Poo Kong. Dalam dialek Hokkian, Sam Poo Kong atau San Bao Dong (Mandarin) artinya adalah gua San Bao. Wang meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di sekitarnya dan masyarakat menyebutnya sebagai Makam Kiai Juru Mudi.

Tahun 1704, gua batu runtuh akibat longsor, masyarakat membangun gua buatan yang letaknya bersebelahan dengan Makam Kiai Juru Mudi. Dalam perjalanannya, Kelenteng Sam Poo Kong sudah beberapa kali mengalami pemugaran. Revitalisasi besar-besaran dilakukan oleh Yayasan Sam Poo Kong pada Januari 2002 dan selesai pada Agustus 2005 bersamaan dengan perayaan 600 tahun kedatangan Laksamana Ceng Ho di Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya