SOLOPOS.COM - Seorang pekerja merebus telur asin di rumah industri telur asin di Kelurahan Limbangan, Kecamatan Brebes, Provinsi Jawa Tengah (Jateng). (antarafoto.com)

Solopos.com, BREBES — Telur asin saat ini menjadi oleh-oleh atau penganan khas di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng), yang sangat populer. Padahal, berkaca dari sejarah pembuatannya, telur asin di Brebes semula hanya disajikan untuk ritual sembayangan kepada Dewa Bumi oleh warga keturunan Tionghoa.

Sekadar informasi, banyak kebudayaan kuliner khas etnis Tionghoa yang memberikan pengaruh budaya kuliner di nusantara. Sebut saja minuman wedang ronde, dan lumpia khas Semarang. Pun demikian, dengan telur asin yang menjadi ciri khas di Brebes, merupakan budaya kuliner nusantara yang berasal dari etnis Tionghoa.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Dikutip dari Jeda.id, sejarah telur asin di Brebes berawal dari tradisi warga keturunan Tionghoa dalam mengawetkan bahan makanan, termasuk telur. Awalnya, warga keturunan Tionghoa atau peranakan Tionghoa selalu mengawetkan bahan makanan bila bepergian jauh sebagai bekal. Tidak hanya telur, jenis makanan lain juga diasinkan agar awet.

Selain sebagai bekal saat bepergian jauh, telur asin juga kerap dibuat sebagai pelengkap sesaji kala ritual sembayangan kepada Dewa Bumi. Namun, lambat laun telur asin pun mulai dikomersialkan sejak tahun 1950-an.

Adalah pasangan etnis Tionghoa bernama In Tjiauw Seng dan Tan Polan Nio yang memulai sejarah industri telur asin di Brebes untuk dikomersialkan pada tahun 1959. Kala itu pasangan suami istri itu memasarkan telur asin menyusul produksi telur bebek pelari atau yang memiliki nama latin Anas platyrhynchos domesticus, cukup melimpah. Cangkang telur bebek pelari ini berwarna biru. Oleh karenanya, tak heran jika telur asin di Brebes berwarna biru.

Baca juga: Telur Asin Identik dengan Brebes, Begini Sejarah dan Awal Mulanya

Agar telur bebek pelari itu tidak mudah busuk dan terbuang, maka telur-telur bebek itu dibuat tahan lama atau diawetkan. Namun, bau amis yang sangat kuat juga dihilangkan agar layak disajikan.

Maka terbesitlah ide untuk mengawetkan telur bebek itu dengan memberikan garam agar enzim perombak pada telur menjadi nonaktif meski disimpan dalam waktu cukup lama.

Awalnya pasangan keturunan Tionghoa itu memproduksi telur asin secara terbatas. Namun, seiring banyaknya permintaan mereka pun mempekerjakan warga lokal Brebes. Lambat laun banyak warga Brebes yang bisa membuat telur asin sendiri hingga memasarkannya secara luas.

Baca juga: Rest Area Banjaratma, Wisata Sejarah di Tengah Tol Brebes

Nah, demikianlah sejarah telur asin di Brebes yang semula hanya dibuat untuk acara ritual sembayangan kepada Dewa Bumi, kini dipasarkan secara luas. Namun, ide tersebut justru membuat telur asin khas Brebes kian populer.

Bahkan, telur asin Brebes pun ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2020 lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya