SOLOPOS.COM - Dekan FEB UKSW Dr. Yefta Andi Kus Noegroho (kanan) saat memberikan surat keterangan lulus dalam yudisium doktor Manajemen kepada Dr Suhendro (kiri), Selasa (13/2/2024). (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Dosen Universitas Islam Batik (Uniba) Surakarta, Suhendro, meraih gelar doktor dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Suhendro meraih gelar doktor manajemen setelah menyelesaikan disertasi berjudul Model Identifikasi Perilaku Herding Menggunakan Garch pada Variasi Jenis dan Kondisi Pasar.

Gelar doktor ini diraih Suhendro dalam Yudisium yang digelar Prodi Doktor Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UKSW di Gedung G Ruang Probowinoto, Selasa (13/2/2024). Selain meraih gelar doktor, pria yang juga menjadi dosen Fakultas Ekonomi Uniba Solo itu juga meraih IPK 3,94 atau Summa Cumlaude.

Dengan diraihnya gelar doktor manajemen, Suhendro menjadi lulusan ke-67 program studi yang telah meraih akreditasi Unggul ini.

Dekan FEB UKSW, Dr Yefta Andi Kus Noegroho, menyebut bahwa gelar doktor yang didapatkan Suhendro bukanlah akhir, melainkan awal babak baru yang harus dijalani seorang ilmuwan.

“Dari jenjang pendidikan mungkin yang tertinggi, tetapi kita masih perlu belajar, bagaimana ilmu yang sudah didapatkan diaplikasikan dengan baik, dan berkarya untuk institusi. Selamat dan semoga ke depan ada kolaborasi yang baik antar kedua lembaga ini,” kata Yefta.

Sementara itu, Rektor Uniba Surakarta, Dr. H. Amir Junaedi, mengaku bangga dengan capaian Suhendro. “Kami sangat bersyukur atas kelulusan ini. Terima kasih atas bimbingannya dan mudah-mudahan kita berkolaborasi ke depannya,” kata Amir Junaedi.

Dalam disertasinya itu, Suhendro melihat pandemi akibat Covid-19 telah menimbulkan ketidakpastian di berbagai sektor dan beberapa negara mengalami krisis pasar dan resesi ekonomi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan NYSE Composite mencatat penurunan sebesar 30 persen dan SSE Composite menunjukkan penurunan sebesar 10 persen. Ketidakpastian pasar selama pandemi juga tergambar dari tingginya level Chicago Board Options Exchange Volatility Index atau VIX sebagai indikator ketakutan investor.

Oleh karena itu penelitian ini berupaya untuk mengetahui perilaku herding di ketiga pasar modal tersebut sebelum dan selama pandemi Covid-19. Saham-saham yang terdaftar di DJIA (USA), SSE50 (China), dan LQ45 (Indonesia) pada tahun 2015-2021 dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Analisis herding menggunakan Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (Garch) berdasar dispersi return saham individu terhadap return pasar secara cross-sectional absolute deviation (CSAD).

“Kehadiran herding memperkuat teori behavioral finance mengenai perilaku irasional. Namun indeks volatilitas tidak mempengaruhi model herding pada ketiga indeks tersebut,” ungkap Dr. Suhendro.

Rekomendasi
Berita Lainnya