SOLOPOS.COM - Ilustrasi keberadaan Selat Muria (Instagram/@patisakpore)

Solopos.com, DEMAK — Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah, putra Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-15 setelah melepaskan diri dari Kadipaten Demak yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, Wali Songo, penyebar agama Islam di tanah Jawa, menempatkan Raden Patah yang memiliki gerlar Tionghoa sebagai Jim Bun ini ke sistem pemerintahan dengan gelar Panembahan Jimbun.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Dihimpun dari berbagai sumber, Jumat (5/11/2021) Kesultanan Demak ini dulunya dikenal sebagai penguasa lautan. Sejarawan, H.J. De Graaf dan T.H.T Pigeu, dalam bukunya yang berjudul Kerajaan Islam Pertama di Jawa (1974),  menjelaskan lokasi Kerajaan Demak ini dekat dengan perairan yang dikenal dengan nama Selat Muria.

Baca Juga: Misteri Jembatan Pengantin Kebumen, Pasangan Baru Dilarang Lewat

Dalam buku tersebut juga tertulis bahwa letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat Muria yang memisahkan wilayah daratan Jawa Tengah dan Gunung Muria pada saat itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa sehingga dari Semarang melalui Demak, perahu dagang dapat berlayar sampai ke Rembang. Hingga akhirnya pada abad ke-17, Selat Muria tidak dapat dilintasi lagi karena proses  sedimentasi yang membuat keberadaannya hilang.

Sejarawan Prancis, Denys Lombard, juga menggambarkan keberadaan selat tersebut dalam Nusa Jawa, Silang Budaya (1996). Lombard menyebutkan bahwa Gunung Muria di sisi timur Semarang merupakan sebuah pulau.

Perniagaan laut di kota-kota pantai di sepanjang pantura timur Jawa Tengah ramai pada abad ke-16. Kota-kota itu terletak saling bersebelahan di tepian selat yang menjadi jalur lintas alami tempat kapal-kapal dapat berlabuh.

Baca Juga: Selat Muria Dulu Pisahkan Jepara dari Pulau Jawa

Saat pendangkalan Selat Muria terjadi pada abad ke-17 dan hampir menjadi daratan, aktivitas pelayaran yang dulu ramai di Kerajaan Demak akhirnya memudar. Keberadaan Selat Muria ini juga menjadi salah satu faktor pendorong kerajaan memasuki masa kejayaannya karena banyaknya kapal dagang dari berbagai negara berdatangan, seperti kapal dagang dari Tiongkok hingga meninggalkan sejumlah peninggalan yang menjadi temuan bersejarah saat ini

Sedimentasi Selat Muria

Pesatnya sedimentasi Selat Muria ini, menurut Awang Satyana, staf ahli SKK Migas, karena posisinya menjadikannya tempat yang sangat baik untuk menerima sedimen dari berbagai arah. Di selatannya terdapat perbukitan Zona Kendeng dan Zona Rembang yang dierosi oleh banyak yang sungai yang bermuara di Selat Muria.

Di bagian barat terdapat muara Sungai Serang yang berhulu jauh di lereng timur Gunung Merbabu. Sungai-sungai ini mengangkut material sedimen dari perbukitan yang dilaluinya dan mengendapkannya di Selat Muria.

Baca Juga: Misteri Ikan Sidat Keramat di Sendang Pelus, Dipancing Telur Goreng

Di utara, ada Gunung Muria yang memiliki gradien kemiringan tinggi dan punya banyak sungai yang mengirim material sedimen ke selatan. Salahuddin Husein, dosen Teknik Geologi UGM, menambahkan peran Sungai Tuntang di ujung barat sebagai salah satu faktor utama yang memengaruhi kecepatan sedimentasi. Bersama Sungai Serang, sungai ini membentuk pasangan delta aktif yang membangun morfologi pesisir Demak.

Dengan demikian, Salahuddin menggarisbawahi, pendangkalan Selat Muria didorong oleh faktor “serba ganda.” Dua delta, dua zona pegunungan sedimenter, dan dua gunung api modern menjadi penyumbang terbesar sedimentasi yang memaksa Kesultanan Demak memindahkan pusat pelabuhannya ke Jepara itu.

Ketika megaproyek pembangunan jalan Anyer-Panarukan dijalankan oleh Daendels, tulis Pramoedya Ananta Toer dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, para pekerja bertumbangan akibat kelelahan dan dihajar malaria saat meninggikan tanah di rawa-rawa daerah Demak. Disebutkan pula bahwa lokasi pembangunan jalan kadang masih berupa teluk-teluk kecil yang harus diurug dahulu.

Baca Juga: Menengok Upacara Potong Rambut Gimbal di Dieng Culture Festival 2021

Dengan asal-usul yang dekat dengan perairan, maka tidak heran jika dataran rendah bekas Selat Muria ini sering kebanjiran saat musim hujan. Bahkan daerah pesisir juga sering dilanda banjir rob hingga akhirnya sejumlah desa di pesisir harus dibedol karena sudah tenggelam permanen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya