Jateng
Minggu, 5 Februari 2023 - 23:11 WIB

Sempat Anjlok, Realisasi Investasi di Semarang pada 2022 Capai Rp24,6 Triliun

Newswire  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Simpang Lima Kota Semarang. (Instagram @740aerialvideography)

Solopos.com, SEMARANG — Realisasi investasi di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada 2022 mencapai Rp24,6 triliun. Angka itu melebihi target yang telah ditetapkan yakni Rp24 triliun.

Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Semarang, Widoyono, mengatakan pada 2022, realisasi target investasi mencapai 102 persen atau Rp24,6 triliun.

Advertisement

Dia mengakui investasi di Kota Semarang sempat anjlok karena terdampak pandemi Covid-19 pada 2020 yang turun di angka Rp21,8 triliun. Padahal tahun 2019, realisasi investasi mencapai Rp36,5 triliun.

“Bisa dilihat sebelumnya Rp36,541 triliun, itu tahun 2019. Kemudian tahun 2020 menjadi Rp21,842 triliun. Ya dimaklumi karena paandemi Covid-19 berdampak terhadap investasi,” kata dia, Minggu (5/2/2023).

Advertisement

“Bisa dilihat sebelumnya Rp36,541 triliun, itu tahun 2019. Kemudian tahun 2020 menjadi Rp21,842 triliun. Ya dimaklumi karena paandemi Covid-19 berdampak terhadap investasi,” kata dia, Minggu (5/2/2023).

Meski sempat mengalami penurunan, ia bersyukur karena iklim investasi perlahan mulai membaik. Hal itu terlihat dari kenaikan pada 2022.

Widoyono mengatakan pada tahun 2023, target investasi di Kota Semarang dinaikkan menjadi Rp26 triliun.

Advertisement

Karena itu, ia berharap iklim investasi terus meningkat pada tahun ini meski akan menghadapi ancaman gelombang badai resesi yang diprediksi banyak pihak akan menghantam perekonomian global.

Menurut dia, DPM PTSP terus berupaya menarik minat investor untuk menanamkan investasi di Kota Atlas, yakni memudahkan pengurusan perizinan dan memberikan insentif bagi investasi baru.

“Insentif itu seperti ini, misalnya kami berikan reduksi pajak, retribusi, kasih lampu penerangan untuk jalan-jalan akses, dan sebagainya. Ini untuk menarik orang untuk berinvestasi,” ujar Widoyono yang juga dokter tersebut.

Advertisement

Selain itu, Widoyono menegaskan “penyakit perizinan” juga turut diberantas, seperti salam tempel dan lamanya waktu pengurusan perizinan sehingga investor lebih nyaman untuk menanamkan investasi.

“Investasi yang berkontribusi paling besar masih sektor perdagangan, perindustrian, kemudian pariwisata. Tahun ini sepertinya masih sama. Kami dorong terus agar orang mau berinvestasi,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif