SOLOPOS.COM - Senator DPD Dapil Jateng, Abdul Kholik (kedua dari kanan), saat menggelar FGD guna mencari solusi penanganan banjir di wilayah Jateng, Rabu (22/2/2023). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Persoalan banjir yang melanda Jawa Tengah (Jateng) belakangan ini menjadi perhatian sejumlah kalangan, termasuk senator atau Anggota DPD Daerah Pemilihan (Dapil) Jateng, Abdul Kholik. Pria asal Cilacap ini pun menilai perlu dilakukan sederet upaya mitigasi lintas sektor guna mengantisipasi permasalah tersebut.

Hal itu disampaikan Abdul Kholik dalam Forum Group Discussion (FGD) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana di Kantor DPD RI Jateng, Rabu (22/2/2023). Ia mengatakan FGD ini secara khusus dilakukan dalam rangka mitigasi bencana banjir yang selalu terjadi di Jateng.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

“Kita perkirakan tahun 2035 nanti, kondisi geografis di Jateng akan semakin berat. Maka hari ini, kita merancang langkah-langkah agar bisa mengatasi banjir pada tahun 2035 nanti,” kata Abdul.

Langkah-langkah tersebut, terang Abdul, yakni pertama mengusulkan adanya pencegahan permukaan tanah dalam pengurangan penggunaan air tanah. Sebab, penurunan muka tanah atau land subsidence di Jateng tergolong parah, terutama di wilayah pantura seperti Semarang dan Pekalongan.

“Pastinya dari hulu hingga hilir. Pertama bisa dengan membangun sumur resapan, karena ternyata di Kota Semarang baru melakukan tahun lalu, sekitar 1.500 sumur resapan. Namun sudah berhenti, ini kan sayang, mestinya kan ini dilanjutkan,” terangnya.

Selain itu, ia juga mendorong agar disiapkan tanggul laut. Hal itu dikarenakan sudah hampir dua meter di bawah permukaan karena air yang terus naik akibat land subsidence atau penurunan muka tanah.

“Maka tanggulnya disiapkan. Tadi gambarannya masih butuh waktu, masih disiapkan konsepnya,” sambungnya.

Tak hanya itu, Anggota DPD Dapil Jateng ini juga merekomendasikan pembangunan waduk untuk menampung air. Tujuannya, agar air tidak semua turun ke bawah.

“Tadi gambaran, BBWS, waduk yang punya potensi itu belum bisa semuanya dibangun, ada kawasan yang belum bisa menerima untuk dibangun waduk, di situ masih [menjadi] PR [pekerjaan rumah],” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala BBWS Pemali-Juwana, Adek Rizaldi, mengatakan permasalahan banjir disebut karena adanya siklus hidrologi yang bermasalah. Artinya, air hujan yang dulunya hanya 70 persen meresap ke tanah dan 30 persen ke sungai, saat ini fenomenya terbalik karena semakin menipisnya daerah resapan.

“Sungai kita tidak mampu nampung dan meluap. Nah itu banjir. Kedua banjir rob, air laut masuk daratan. Kenapa terjadi? Ada 2 masalah utamanya, pertama daerah pantai utara Pulau Jawa, khususnya pantura Jateng ternyata sudah mengalami penurunan muka tanah. Kalau di semarang sudah 7,5 sentimeter [cm] per tahun. Di sisi lain, permukaan laut naik karena climate change, perubahan suhu global. Kenaikan muka laut dunia rata-rata 3 ml,” ungkap Adek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya