SOLOPOS.COM - Pekerja di rumah produksi Dwi Djaya di Sentra Pengrajin Kerupuk Rambak Kulit Kerbau Penanggulan-Pegandon, tengah menggoreng kerupuk rambak untuk kebutuhan oleh-oleh selama Ramadan, Sabtu (13/4/2024). (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, KENDAL – Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng), dikenal sebagai sentra produksi kerupuk rambak. Berikut ini adalah kisah perjalanan kudapan oleh-oleh khas Kendal yang sudah ada sejak 1980-an.

Ketua Paguyuban Sentra Produksi Rambak, Muh Tadi, menceritakan bila almarhum Asnawi merupakan tokoh pertama yang memproduksi kerupuk rambak di Desa Penanggulan.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Asnawi yang merupakan kakak dari orangtuanya itu, kali pertama memproduksi sekitar 1980-an.

“Pakde [Asnawi] awalnya bekerja ngeleti [membersihkan kulit dari daging] hewan sapi dan kerbau. Dari situ kepikiran, buat ngelolah kulitnya [sapi dan kerbau] jadi makanan,” kata Tadi saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (13/4/2024).

Tak disangka, ide spontannya itu membawa berkah bagi kehidupan Asnawi di kampung Penanggulan.

Sebab, kulit sapi dan kerbau yang digoreng dengan campuran bawang goreng dan garam itu, lambat laun makin digemari semua kalangan.

Tak ingin sukses sendiri, sekitar 2000-an, Asnawi pun mulai mengajak tetangga-tetangganya untuk memproduksi kerupuk rambak.

Alhasil, pada 2024 ini, sudah ada sembilan rumah yang turut memproduksi kerupuk rambak dan belasan lainya membuka toko oleh-oleh kerupuk rambak khas Kendal.

“Rasanya yang renyah dan gurih ternyata waktu itu sangat layak dijual. Apalagi pas Lebaran selalu jadi oleh-oleh banyak orang. Nah pas tahun 2000-an, ngomong sama saya buat neruskan usahanya. Terus waktu itu [meneruskan usaha] baru ada empat orang di sini yang ikut produksi kerupuk rambak,” pungkas generasi ke-2 rumah produksi kerupuk rambak Dwi Djaya itu.

Muh Tadi yang kala itu masih usia 24 tahun, terus mencoba mengembangkan dan memasarkan kerupuk rambak Penanggulan agar dikenal sampai pelosok negeri.

Usahanya itu pun kemudian mulai membuahkan hasil saat memasuki tahun 2012, di mana kampung Penanggulan mulai dikenal sebagai sentra industri kerupuk rambak khas Kendal.

“Saya door to door memasarkannya waktu itu, ke masyarakat sampai instansi. Akhirnya 2012 itu mulai banyak dikenal, pesanannya di sini [sentra produksi rambak] sudah bisa sampai Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, bahkan luar negeri seperti China, Bruney, Jepan, Malaysia terus Thailand,” terangnya yang saat ini sudah berusia 60 tahun.

Sebagai informasi, berbekal 13 pekerja, di hari biasa rumah produksi Dwi Djaya di Sentra Pengrajin Kerupuk Rambak Kulit Kerbau Penanggulan-Pegandon ini bisa memproduksi hingga 300 kardus per hari. Adapun harga yang dipatot untuk kemasan kerupuk rambak 250 gram Rp38.000 dan 500 gram Rp76.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya