Solopos.com, PEMALANG — Pemalang merupakan salah satu daerah pesisir Jawa yang mampu menyerap pengaruh budaya luar secara dinamis.
Pengaruh dari peristiwa masa lampau masyarakat Pemalang turut melatarbelakangi lahirnya seni budaya yang hingga sekarang masih dipertahankan keasliannya.
Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung
Seperti Tari Silakupang ini yang menjadi salah satu garapan tari sebagai salah satu produk kearifan budaya lokal yang dijadikan sebagai indentitas Kabupaten Pemalang.
Pertunjukan Tari Silakupang sendiri merupakan dari gabungan berbagai tari tradisi kerakyatan yang kini masih bertahan dan berkembang di Kabupaten Pemalang.
Dilansir dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, kata Silakupang berasal dari singkatan empat kesenian yang yaitu Si (Sintren), La (Laes), Ku (Kuntulan), dan Pang (Kuda Kepang).
Tarian ini biasa diperankan oleh 10-15 penari dengan diiringi musik gamelan Jawa lengkap dengan menggunakan properti kuda kepang, kurungan sintren, dupa, dan payung. Bisa dikatakan Pemalang hampir tidak mempunyai tarian tradisional khas yang dapat dijadikan ikon seni tari di Pemalang.
Hal itu dikarenakan seni tari tradisional yang berkembang di Pemalang umumnya sudah banyak berkembang di kabupaten lain yang terletak di sepanjang pantura, seperti Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.
Nah, pengemasan tari Silakupang ini dimaksudkan untuk menciptakan tarian identitas untuk Kabupaten Pemalang.
Dengan latar belakang masyarakat Pemalang yang beragam, Tari Silakupang mengajarkan nilai-nilai yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter masyarakat guna menyatukan seluruh masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya setempat.