SOLOPOS.COM - Siswa SMA Negeri 1 Susukan, Kabupaten Semarang saat merawat sayuran organik di kebun sekolah setempat, Kamis (22/6/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Prihatin dengan kondisi generasi muda yang saat ini semakin enggan bertani, SMA Negeri 1 Susukan melatih siswanya untuk kembali minat di bidang pertanian. Hal itu juga melihat kondisi geografis wilayah Susukan yang sangat luas dengan lahan pertanian.

Pertanian dengan sistem organik dipilih untuk menarik siswa. Mereka diajarkan mulai dari membuat pupuk sampai perawatan tanaman di kebun yang ada di halaman sekolah.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Kepala Sekolah SMAN 1 Susukan, Kabupaten Semarang, Kaswanto, mengatakan tema pertanian ini diambil sebagai bagian dari kurikulum merdeka belajar.

“Kami dorong pada bidang pertanian karena ciri khusus masyarakat kecamatan Susukan yang sebagian besar adalah petani,” jelas Kaswanto kepada Solopos.com, Kamis (22/6/2023).

Bahkan, pihak sekolah juga bekerja sama dengan penyuluh pertanian dari Kabupaten Semarang untuk mengajari siswa secara langsung. Diharapkan dengan program itu, siswa memiliki bekal keahlian di bidang bertani setelah lulus, terutama pertanian organik.

“Kami ajarkan mulai dari pembuatan pupuk, menanam, dan panen. Kami menggunakan pupuk kandang, bukan pupuk urea yang bisa membuat tanah tandus,” terang kepala sekolah.

Di kebun sekolah sekitar 300 meter persegi itu, kata Kaswanto, telah ditanami berbagai sayuran. Seperti tomat, cabai, kangkung, dan sawi. Setelah nanti dipanen, hasilnya bisa dijual kepada guru dan warga sekitar.

“Kami juga melatih anak-anak berwirausaha. Dari hasil ini nanti akan dijual dan nantinya akan dikelola oleh siswa kembali,” bebernya.

Salah seorang siswa SMA Negeri 1 Susukan, Galang Nova Pradana, mengaku senang dengan adanya pelatihan pertanian di sekolahnya. Dirinya mengetahui mulai cara membuat pupuk sampai proses perawatan dan panen.

“Jadi bisa melatih skill agar di dunia yang akan datang tidak kagetlah,” kata Galang.

Terlebih juga ada guru pendamping dan tim penyuluh dari kabupaten Semarang yang mengajari secara langsung.

“Ilmu yang saya dapat cara membuat pupuk dan merawat tanaman. Ke depannya akan saya kembangkan. Paling mudah itu cabai,” ungkap Galang.

Kegiatan kurikulum merdeka belajar dengan bertani organik juga sangat didukung oleh wali siswa. Salah satunya Mursyid. Dirinya sangat bangga dengan sekolah mengambil tema pertanian untuk program P5.

“Ini belum ada di manapun. Terobosan dengan tanaman kembali ke organik itu sangat bagus. Hasilnya juga akan sangat baik dan akan kita dukung,” ungkap Mursyid.

Ke depannya, menjadi petani itu dinilai pekerjaan yang bagus. Sebab lahan pertanian semakin sempit, sementara kebutuhan masyarakat juga semakin meningkat.

“Pertanian harus dibangkitkan karena pertanian kita masih bisa bersaing kalau kita mau,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya