SOLOPOS.COM - Kasus dugaan penyegelaan rumah yang diduga akan digunakan sebagai tempat ibadah membuat FKUB Solo buka suara. (Dok)

Solopos.com, SEMARANG — Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah (Jateng) menyoroti sikap para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang turut berkontribusi menolak acara Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang sedianya diadakan di Donohudan, Kabupaten Boyolali. Pihaknya menilai seorang tokoh agama seharusnya bisa bersikap sebagai sosok panutan dalam menyikapi kegiatan jemaat Ahmadiyah.

Hal tersebut disampaikan Ketua FKUB Jateng, Taslim Sahlan, Selasa (31/10/2023). Ia mengatakan para tokoh agama maupun elemen masyarakat semestinya tidak bersikap yang meresahkan.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

“Jika ada tokoh agama dan tokoh masyarakat yang seharusnya jadi panutan, tetapi dalam menyikapi Ahmadiyah tidak berdasarkan fakta, maka itu pasti hoaks dan fitnah. Tokoh begini yang justru meresahkan dan menyesatkan,” kata Taslim.

Taslim menyayangkan dalam persoalan acara Ahmadiyah yang terjadi justru para tokoh agama di Jawa Tengah menjadi alat penyekat. Padahal, mereka perlu bersikap dewasa dan lapang dada dalam memutuskan suatu aturan di bidang agama.

“Rawat hidup rukun dengan tabayun. Idealnya semua tokoh agama, tokoh masyarakat harus mampu menjadi perekat. Bukan penyekat. Harus dewasa dan lapang dada. Perbedaan dalam pengamalan agama yang bersifat furu’iyyah itu keniscayaan,” harapnya.

Taslim yang mewakili FKUB pun menawarkan skenario bagaimana seharusnya membangun kerukunan umat beragama dalam realitas perbedaan, yakni dengan mengedepankan restorasi umat beragama mulai dari mengenai beragama tuntas, solidaritas, sinergitas, dan integritas.

“Jika ini terinternalisasi dalam setiap umat beragama, maka tidak lagi ada kecurigaan dan kebencian. Yang ada tentu persaudaraan atas nama kemanusiaan,” nilainya.

Taslim menekankan jika Jemaat Ahmadiyah Indonesia merupakan bagian dari umat Islam. Seperti halnya para Nahdliyin di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, LDII, Majelis Tafsir Alquran dan Matlaul Anwar, Ahmadiyah juga termasuk ormas Islam. Terlebih, dari syahadatnya, ibadah salatnya, puasanya, dan zakatnya juga sama persis dengan umat Islam lainnya.

“Secara faktual, Ahmadiyah itu Islam, sebagaimana organisasi Islam lainya. Jadi rukun Islamnya sama sebagaimana yang lain. Kalaupun ada perbedaan hanya dalam ranah furu’iyyah-khilafiyyah,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Ijtima Nasional Majelis Ansharullah Indonesia yang rencananya digelar 17-19 November 2023 di Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah (Jateng), batal digelar. Kendati batal, pihaknya menghargai kehadiran Kakanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jateng di markas JAI dan dengan besar hati kegiatan ijtima ditangguhkan.

“Namun dengan adanya beberapa elemen masyarakat yang belum bisa memberikan fasilitas, maka kami harus banyak bersilaturahmi terlebih dahulu. Kami harus banyak membuka diri dan menjelaskan apakah Ahmadiyah itu. Kami diberi waktu tahun depan untuk bisa membuka diri menjelaskan kepada masyarakat dan tokoh-tokoh agama bahwa Ahmadiyah bagian dari muslim,” jelas Ketua Panitia Ijtima Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Dodi Setyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya