SOLOPOS.COM - Pemimpin Redaksi (Pemred) Solopos Media Group, Rini Yustiningsih (berdiri di panggung), saat di Solopos Goes to Campus di Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang, Kamis (7/9/2023). (Solopos.com/Ria Aldila Putri)

Solopos.com, SEMARANG — Solopos Goes to Campus digelar di Auditorium Thomas Aquinas Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang, Kamis (7/9/2023).

Di kesempatan tersebut, Pemimpin Redaksi (Pemred) Solopos Media Group, Rini Yustiningsih berbicara tentang jurnalisme, disrupsi media, dan masa depan pekerjaan di Indonesia dengan kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasaan buatan.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Rini meminta para mahasiswa tak khawatir dengan adanya AI yang disebut bisa menggantikan pekerjaan manusia. Rini mengawali kegiatan Solopos Goes to Campus dengan membagikan pengalamannya bertemu dengan adik dari sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Tur di Blora.

“Sekarang ini eranya digital, sebulan lalu saya ke Blora ketemu sastrawan adiknya Mas Pram, yaitu Mas Sus. Saya bertanya sekarang eranya digital, mana yang lebih penting? Lalu Mas Sus menjawab, kearifan lokal selalu di depan dan teknologi mengikuti di belakang,” ujar Rini.

Rini mengatakan dengan perkembangan zaman, disrupsi terjadi di mana-mana, terlebih dengan kehadiran AI atau kecerdasan buatan. Bahkan menurutnya, sekarang seorang web designer khawatir dengan kehadiran AI karena pekerjaannya bisa diambil alih.

“Disrupsi ada di mana-mana, bahkan seorang web designer sekarang khawatir pekerjaannya diambil alih oleh AI. Karena dengan AI bisa langsung membuat web hanya dengan waktu 10 menit, tinggal masukin kata lalu selesai,” kata Rini.

Rini kemudian membagikan pengalamannya selama bergelut di bidang media massa. Rini mengatakan disrupsi juga menjangkiti media massa. Dulu, media hanya cukup dengan koran. Namun sekarang semakin berkembang dan merambah dunia digital.

“Dulu kami di koran, lalu di digital. Jurnalisme adalah konteks, produksi film konteks, enviromental adalah konteks. Apapun platform-nya, jurnalisme enggak akan pernah mati karena konteksnya,” jelasnya.

Untuk itu, ia meminta para sivitas akademika SCU Semarang untuk tidak khawatir dengan perkembangan teknologi selama ini. Menurutnya, teknologi secanggih apapun tidak bisa melahirkan kreativitas dan skill yang dimiliki seorang manusia.

“Tapi jangan takut karena apapun teknologinya, skill teman-teman, kreativitas teman- teman yang penting, yang membuat konteksnya hanya teman-teman yang bisa,” tandasnya.

Solopos Goes to Campus yang digelar di kampus dulunya bernama Universitas Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang ini merupakan acara kali ketiga. Di waktu sebelumnya, Solopos Goes to Campus juga pernah digelar di UNS Solo dan di UIN Salatiga.

Mengusung tema besar Empowering Young People, acara Solopos Goes to Campus menghadirkan tiga narasumber perempuan. Masing-masing, yakni Pemimpin Redaksi Solopos Media Group, Rini Yustiningsih; Sutradara Film, Fanny Chotimah; dan Community Manager VOA Indonesia, Fika Rosemarie.

“Hari ini kita kedatangan tiga narasumber perempuan semua. Teman-teman kalau ada acara seperti ini ikut saja. Belajar yang penuh sukacita. Ilmu tidak harus diperoleh dari pembelajaran di kelas. Kami mendukung,” kata Rektor SCU Semarang, Dr Ferdinandus Hindiarto di Gedung Thomas Aquinois, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya