SOLOPOS.COM - Perajin Batik Desa Muncar saat produksi batik yang bercerita tentang sejarah desa Muncar. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANGDesa Muncar, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang punya caranya sendiri untuk tetap melestarikan sejarah desanya. Caranya, yakni melalui media batik.

Sejarah Nyi Ageng Serang, Ki Koncer, dan Nyi Koncer di desa tersebut telah menginspirasi untuk dituangkan dalam motif batik desa setempat. Dengan cara seperti itu, sejarah di Desa Muncar tetap dapat lestari.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Pengelola Batik Ngidam Muncar, Eko Wahyu Tri Widodo, mengatakan batik Desa Muncar merupakan salah satu inovasi sekaligus medium melestarikan kebudayaan. Di mana konsep Batik Muncar, yakni menceritakan sejarah berdirinya Desa Muncar.

“Kalau di sini ada dua jenis batik, batik cap dan batik tulis. Namun yang menjadi favorit para seniman dan konsumen, yaitu batik tulis,” ungkap Wahyu kepada Solopos.com, Senin (27/2/2023).

Motif-motif yang telah didesainpun bervariasi, mulai dari motif Nyi Ageng Serang, daun lumbu yang menjadi senjata Nyi Ageng Serang, segara muncar, dan pegunungan. Motif-motif tersebut menjadikan satu kain batik seakan-akan memiliki sebuah cerita.

“Pewarnaannya juga kami perhatikan betul. Di mana, kami menggunakan pewarna alami dan pewarna sintetis,” jelasnya.

Selain motif-motif yang bercerita, lanjut Wahyu, batik Muncar juga memiliki konsep “Kasta” dalam motifnya.

Batik Wahyu Tumurun berada di kasta paling tinggi. Batik jenis ini biasanya dipakai orang yang memiliki darah biru atau kerajaan.

Sedangkan batik Bentengan berada di kasta paling rendah. Batik motif benteng ini memiliki motif kehidupan masyarakat setempat.

“Jadi memang di sini dulunya terdapat kerajaan dengan sistem kasta. Kami terapkan di Batik Ngidam Muncar ini,” ungkapnya.

Filosofi dari motif-motif dan pewarnaan juga diperhatikan betul. Di mana Batik Ngidam Muncar memiliki kombinasi warna yang cerah, seperti warna merah dan kuning yang melambangkan keberanian, tekad, dan perjuangan yang kuat.

Rumah produksi batik yang berada di Dusun Dukuhsari ini sudah memproduksi batik sejak tiga tahun terakhir. Lama produksinya sendiri tergantung dalam jenis pembuatan batik.

Biasanya, batik tulis akan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan batik cap. Namun di Batik Ngidam Muncar juga terdapat batik semi tulis dan cap.

“Harga batik berdasarkan bahannya, mulai dari Rp150.000 hingga Rp550.000,” terangnya.

Salah seorang pembeli batik, Angelia, mengaku sengaja datang dari Semarang untuk membeli Batik Ngidam Muncar. Menurutnya batik tersebut menarik karena memiliki motif sejarah desa tersebut.

“Ini beda dari yang lain karena motifnya bercerita tentang sejarah desa Muncar,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya