Jateng
Minggu, 8 Oktober 2023 - 00:03 WIB

Tahun Politik, AJI Semarang Gandeng 30 Komunitas Lawan Disinformasi

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Acara FGD terkait upaya menangkal disinformasi di tahun politik yang digelar AJI Kota Semarang di Semarang, Sabtu (8/10/2023). (Solopos.com - AJI Semarang)

Solopos.com, SEMARANG — Menghadapi tahun politik yang memunculkan berbagai dinamika di tengah masyarakat, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang bersama Cekfakta.com menggandeng 30 lembaga atau komunitas untuk bekerja selama melawan disinformasi maupun berita bohong yang bertebaran melalui platformdigital.

Upaya memerangi disinformasi itu pun diwujudkan AJI Kota Semarang bersama Cekfakta.com melalui sebuah acara forum group discussion (FGD) yang digelar di Kota Semarang, Sabtu (7/10/2023).

Advertisement

Koordinator Cekfakta.com, Adi Marsiela, mengaku Kota Semarang termasuk dalam pantauan kerawanan kecurangan pemilu. Hal ini menyusul adanya kandidat calon presiden (capres) yang merupakan mantan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

“Maka perlu menjamin kebenaran dan keberimbangan penyebaran informasi yang membutuhkan semangat kolaborasi lintas sektor bersama pemerintah, swasta, lembaga media dan masyarakat sipil,” ujar Adi.

Adi menyampaikan, hasil riset juga membuktikan kecepatan penyebaran Informasi bohong 6-7 kali lebih cepat daripada pemecahan satu kasus hoaks. Maka tak dapat dipungkiri bila potensi hoaks yang semakin meningkat utamanya pada momen-momen menjelang pemilu terkait dengan produksi informasi bohong tak sebanding dengan pemecahan kasus yang tengah terjadi.

Advertisement

“Diperlukan pendekatan secara menyeluruh untuk meminimalisasi, menanggulangi dan mengidentifikasi disinformasi dengan kerja-kerja kolaboratif bersama pihak-pihak terkait,” imbuh pria yang juga Ketua Divisi Internet AJI Indonesia.

Menurutnya, penguatan komunikasi dan jaringan antarlembaga serta organisasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan ruang-ruang alternatif sebagai upaya pemberdayaan. Kelompok masyarakat diharapkan bisa menjadi aspirator dan memproduksi informasi yang akurat, terpercaya dan berdampak positif.

Perwakilan Fatayat Kota Semarang, Yuli Rohmatun, mengatakan dalam penanggulangan informasi hoaks tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan platform yang mendukung untuk mengatasi disinformasi.

Advertisement

“Di internal kami sudah ada tim khusus menanggulangi hal itu [hoaks], tapi dari pelatihan ini kami dapat persepektif baru,” ujarnya.

Senada disampaikan perwakilan jemaat Ahmadiyah Kota Semarang, Yuni Kurniawan, yang menilai kolaborasi sangat penting dalam menangkal disinformasi. Oleh karenanya, ia pun menilai tidak harus ada lagi diskriminasi di antara masyarakat karena memiliki hak yang sama dalam memperoleh informasi.

“Kolaborasi ini tentu sangat bermanfaat bagi lembaga kami,” kata Yuni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif