SOLOPOS.COM - Eka Setiawati, anak dar pengepul Mimi lan Mintuno di Kota Semarang, Nur Hayati, saat menunjukan Mimi. (Solopos.com-Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG — Masyarakat di pesisir utara Jawa Tengah tentu sudah tidak asing lagi dengan telur ikan Belangkas atau yang lebih dikenal dengan sebutan telur Mimi. Ikan Belangkas ini juga kerap disebut dengan nama Mimi dan Mintuna.

Telur ikan Mimi berbentuk bulat berwarna kuning keemasan. Ikan ini kerap muncul di sekitar perairan Laut Jawa ketika air pasang.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Seorang pengepul Mimi dan Mintuno di Kota Semarang, Nur Hayati, 44, mengatakan Mimi dan Mintuna berwujud dua ikan yang saling menempel satu sama lain selama hidup di laut. Mimi adalah ikan berkelamin betina, sedangkan Mintuna ikan berkelamin jantan.

“Tapi pas ditangkap nelayan, yang diambil cuma Miminya tok. Yang jantan dibuang karena kecil, enggak ada dagingnya,” kata Nur saat di temui di Gang Mujair, RT 01/RW I, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jumat (24/3/2023).

Nur yang telah menggeluti pekerjaan sebagai pengepul Mimi dan Mintuna sejak 11 tahun itu menjelaskan, ikan Mimi digambarkan sebagai lambang kesetiaan oleh masyarakat. Sebab, Mimi dan Mintuna yang saling menempel semasa hidup, hanya akan terpisahkan bila sudah tertangkap oleh nelayan.

“Jadi perlambang kesetiaan, ibaratnya hanya bisa dipisahkan oleh maut [seusai tertangkap]. Terus Mimi ini juga punya banyak khasiat kalau diolah jadi masakan,” jelasnya.

Terkait olahan yang dimaksud, lanjut Nur, Mimi bisa dijadikan makanan yang enak bila diolah dengan benar. Namun, jika salah mengolahnya, orang yang mengonsumsi justru bisa keracunan.

“Nah, Mimi betinanya ini yang harus kita masak, prosesnya harus hati-hati. Soalnya kalau kotorannya enggak dibuang, yang makan malah bisa keracunan. Kalau dari awal, Miminya yang sudah mati kita bersihkan pakai air mengalir, semua kotorannya dikerok lalu dibuang. Bisa dipilih seluruh tubuhnya Mimi kita rebus atau bisa juga cuma diambil telur dan dagingnya,” ungkapnya.

Dia mengatakan telur dan daging Mimi kalau diambil bisa sebanyak satu piring. Setelah itu bisa dimasak sesuai selera. Kalau ingin meresbusnya dibutuhkan waktu sekitar tiga jam.

Namun, kalau mau dikukus menjadi campuran botok atau dipepes hanya membutuhkan waktu setengah jam. Telur dan daging Mimi ini juga cocok untuk dibuat urapan atau gudangan.

Khasiat Mimi

Dari olahan yang benar itu, lanjut Nur, sebagian orang Jawa menyakini jika Mimi berkhasiat menyembuhkan segala macam penyakit. Konon, berbagai persoalan rumah tangga juga bisa disembuhkan dengan mengonsumsi Mimi.

“Banyak kok yang order ke saya minta dibuatkan masakan dari telur Mimi. Biasanya yang datang suami istri yang belum punya anak, orang Jawa dari dulu percaya dengan makan telur Mimi bisa cepat punya momongan,” sambungnya.

Lebih dari itu, tak jarang sejumlah suami-istri yang sedang cekcok dan yang nyaris cerai juga kerap memesan Mimi kepada Nur. Para pengantin baru, bahkan disebut kerap mampir ke rumahnya untuk sekadar mencari syarat dengan mengonsumsi telur Mimi.

“Mimi yang sudah dimasak sering dibuat tombo atau istilahnya syarat untuk membuat rumah tangga jadi rukun, tidak cekcok dan kembali harmonis. Terus kalau ada keluarga yang sakit juga bisa disembuhkan dengan makan daging Mimi, harapannya bisa berumur panjang. Ada yang miminya dijadikan sajen, hanya direbus lalu telur dan dagingnya dimakan.

Bagi sebagian kalangan, cangkang Mimi juga bisa menjadi perantara untuk tolak-bala. Ada mitos yang menyebut rumah yang dipasangi hiasan cangkang Mimi pasti aman dari tindak kejahatan.

“Kayak maling gitu jadi takut masuk ke rumah tersebut,” kata dia.

Sekadar informasi, botok dan pepes Mimi sering dijual di Pantai Ngebum Kaliwungu, Kabupaten Kendal, setiap hari Minggu sebelum Ramadan. Sedangkan saat sebelum masuk Ramadan, telur Mimi ini bisa dijumpai saat tradisi Tukuder, yakni pesta rakyat yang digelar sebagai penanda masuknya bulan Ramadan.

“Kalau pelanggan saya, kebanyakan daerah Pantura. Dari Kaliwungu, Semarang Boja. Ada juga dari Solo, Gunungpati, Mijen. Kalau harganya, Mimi hidup Rp10.000, pas diolah jadi botok, pepes, gudangan, harganya jadi Rp30.000,” jelasnya.

Nur menjelaskan usaha mengepul dan mengolah Mimi ini merupakan warisan dari ibunya. Pada awalnya, ibunya berjualan Mimi di Pantai Ngebum kemudian diwariskan ke dirinya. Lambat laun, banyak orang yang ikut berjualan Mimi.

“Kalau di Kendal setiap Dugderan pasti yang dicari telur Mimi. Sudah jadi turun temurun,” kata dia.

Sementara itu, Seorang warga Kendal, Jamilatun, 45, membenarkan bila telur Mimi banyak di buru menjelang Ramadan. Selain itu, ia turut mengamini apa yang dikatakan Nur soal khasiat yang didapat dari mengonsumsi telur atau daging mimi.

“Kebanyakan orang juga bilang begitu [banyak khasiatnya]. Kalau saya beli, karena anak-anak emang pada suka makan telur Mimi. Rasanya enak,” ujar Jamilatun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya