Jateng
Senin, 5 Desember 2016 - 13:50 WIB

TAWURAN SEMARANG : Wawali Semarang Gagas Konseling Psikolog di SD

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang akrab disapa Mbak Ita. (Twitter.com)

Tawuran yang melibatkan pelajar coba ditangkal Wawali Semarang dengan konseling psikolog bagi siswa SD.

Semarangpos.com, SEMARANG — Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu bakal melibatkan psikolog untuk menangani bimbingan konseling (BK) siswa di jenjang sekolah dasar. “Untuk SD, sekarang ini guru BP [bimbingan dan penyuluhan] atau BK kan belum ada,” katanya, di Semarang, Sabtu (3/12/2016), menanggapi kasus SD nyaris tawuran yang pemberitaannya sempat menjadi viral di media jejaring sosial.

Advertisement

Kasus siswa antarSD yang nyaris tawuran itu pun sudah diklarifikasi, sebab dari hasil penyelidikan dan penelusuran dari rekaman kamera close circuit television (CCTV) tidak ada indikasi akan terjadinya tawuran siswa. Bahkan, senjata jenis parang yang disertakan sebagai barang bukti ke kepolisian oleh keamanan sekolah ternyata bukan milik siswa salah satu SD, melainkan ditemukan di Taman Pandanaran.

Meski demikian, Ita—sapaan akrab Hevearita—menilai terjadinya kasus itu sebenarnya tidak lepas dari ketiadaan guru BK yang secara khusus menangani konseling untuk anak-anak di SD. “Makanya, kami akan bikin program psikolog masuk sekolah. Pastinya psikolog sudah mengerti bagaimana menangani anak-anak, misalnya ada anak yang bandel bagaimana,” katanya.

Menurut dia, anak-anak sekolah memang membutuhkan pendampingan dan pembimbingan secara emosional, termasuk SD, sebab kondisi yang mereka hadapi di lingkungannya tentu berbeda-beda. “Bisa juga mereka berada dalam kondisi keluarganya yang minus secara ekonomi, kemudian lingkungan sekitarnya juga yang memengaruhi kejiwaannya. Mereka ini butuh pendampingan,” katanya.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin membenarkan keberadaan guru BK yang secara khusus menangani konseling untuk siswa hanya ada di jenjang SMP dan SMA sederajat. “Guru BK hanya ada di SMP, SMA, dan SMK. Di SD tidak memiliki guru BK. Makanya, kami akan mengoptimalkan peran guru BK karena saat ini juga terjadi kekurangan guru BK,” katanya.

Ia menjelaskan optimalisasi peran guru BK itu akan dikoordinasikan dengan berbagai pihak, termasuk Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) yang selama ini menaungi profesi itu. “Ya, untuk menangani anak-anak ini. Saya lebih suka menyebut sebagai anak-anak yang kreatif belum pada tempatnya. Biasanya, komunikasi mereka dengan orang tuanya terbatas,” pungkasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif