SOLOPOS.COM - Seorang penjaja telur asin di Brebes tengah menata barang dagangannya. (Solopos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, BREBES — Brebes merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah (Jateng) yang memiliki makanan khas berupa telur asin. Makanan dari telur bebek yang diawetkan itu memang menjadi ciri khas Kabupaten Brebes. Lantas, kenapa telur asin sangat identik dengan Brebes? Berikut penjelasannya.

Brebes tercatat sebagai salah satu kabupaten terluas di Jateng. Luas wilayah Brebes mencapai 1.769,62 km persegi, atau terluas kedua setelah Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten terluas di Jateng.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Selain sebagai yang terluas kedua, Brebes juga tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Jateng. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2022, jumlah penduduk di Brebes mencapai 1.978.759 jiwa.

Berkunjung di Brebes kita pasti akan disajikan banyak penjaja telur asin. Kios-kios pedangang telur asin banyak terlihat di sebelah barat jembatan Sungai Pemali.

Saking banyaknya yang berjualan, tak heran jika telur asin yang diproduksi dari bebek menjadi ciri khas atau identik dengan Brebes. Bahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu) pada 2020 lalu, sempat menetapkan telur asin Brebes sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Baca juga: Libur Lebaran, Pantai di Brebes Ini Diserbu Pemudik

Lantas, sejak kapan telur asin identik dengan Brebes? Sejak kapan pulakah industri telur asing berkembang di Brebes? Berikut sejarah perkembangan telur asin di Kabupaten Brebes yang diolah Solopos.com dari berbagai sumber.

Keturunan Tionghoa

Tidak ada literatur yang menjelaskan secara pasti sejak kapan industri telur asin berkembang di Brebes. Meski demikian, banyak yang menyebut jika industri telur asin ini dirintis pasangan suami istri keturunan Tionghoa bernama In Tjiauw Seng dan Tan Polan Nio di Kelurahan Brebes pada tahun 1959 silam.

Awalnya keduanya membuat telur asin karena melimpahnya produksi telur bebek pelari atau yang memiliki nama latin Anas platyrhynchos domesticus. Cangkang telur bebek pelari ini berwarna biru. Oleh karenanya, tak heran jika telur asin di Brebes berwarna biru.

Agar telur bebek pelari itu tidak mudah busuk dan terbuang, maka telur-telur bebek itu dibuat tahan lama, tapi juga bisa menghilangkan bau amis yang sangat kuat.

Baca juga: Mulanya Untuk Ritual, Inilah Fakta Telur Asin Brebes yang Kini Jadi Warisan Budaya

Maka terbesitlah ide untuk mengawetkan telur bebek itu dengan memberikan garam agar enzim perombak pada telur menjadi nonaktif meski disimpan dalam waktu cukup lama.

Awalnya pasangan keturunan Tionghoa itu memproduksi telur asin secara terbatas. Namun, seiring banyaknya permintaan mereka pun mempekerjakan warga lokal Brebes.

Lambat laun banyak warga Brebes yang bisa membuat telur asin sendiri. Mereka pun akhirnya memproduksi dan menjual telur asin sendiri hingga Brebes pun identik dan terkenal dengan makanan tersebut.

Dikutip dari laman perdagangan.id, telur asin sebenarnya sudah cukup lama diproduksi warga keturunan Tionghoa. Namun, awalnya telur asin dibuat hanya sebatas untuk ritual sembahyang yang ditempatkan di altar untuk Dewa Bumi. Meski demikian, lambat laun telur asin mulai dikomersialisasi masyarakat Brebes, hingga kini menjadi populer dan identik dengan daerah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya