Jateng
Selasa, 27 November 2018 - 17:50 WIB

Terasi Rebon Batang Melanglang Nusantara, Ini Rahasianya…

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, BATANG — Terasi rebon yang diproduksi oleh masyarakat kampung nelayan Desa Wonokerto, Kabupaten Batang, Jawa Tengah menembus pasaran luar Pulau Jawa, seperti Sumatra dan Kalimantan. Apa keistimewaan terasi rebon Batang sehingga mampu melalang Nusantara?

Advertisement

Perajin terasi rebon asal Desa Ujungnegoro, Jahri, mengatakan pembuatan terasi rebon merupakan warisan dari nenek moyang sebagai produsen bumbu dapur tersebut. “Pembuatan terasi kami lakukan secara tradisional dan memiliki ras yang khas. Terasi rebon ini memiliki rasa manis dan tidak ada campuran bahan lainnya,” katanya.

Dengan keistimewaan terasi rebon itu, warga nelayan Desa Ujungnegoro setiap harinya mampu mamproduksi 1 kuintal terasi rebon yang bisa diterima pasar Nusantara. “Adapun harga terasi dijual Rp40.000/kg. Produk terasi rebon ini juga kami pasarkan ke Sumatra, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta, bahkan sampai Kalimantan,” katanya.

Bupati Batang Wihaji yang Selasa (27/11/2018) berkunjung ke desa itu mengatakan bahwa pemerintah daerah segera menerbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati Batang tentang one village one product di Desa Ujungnegoro sebagai Kampung Terasi. “Terasi rebon merupakan produk asli Desa Ujungnegoro sehingga kami sebut sebagai one vilage one product, apalagi jenis bumbu dapur ini kini sudah mampu menembus pasar luar Pulau Jawa,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan hampir semua desa di Kabupaten Batang kini sudah memiliki usaha ekonomi kreatif yang bisa dijadikan produk khas untuk oleh-oleh.  “Oleh karena, saya berharap produk terasi rebon ini bisa dijual di setiap objek wisata. Saya berharap Disperindag bisa menginventarisasi desa yang memiliki produk kreatif untuk melakukan pendampingan,” katanya.

Menurut dia, pendampingin bentuk kepedulian dan keperpihakan pemkab pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini agar usaha mereka bisa tetap bertahan dan berkembang di tengah produk asing yang masuk ke Indonesia. “Kita harus bisa mengajari mereka cara pengemasan produk yang menarik, menjembatani untuk mendapatkan permodalan dari bank, dan memperluas pemasaran baik secara manual maupun daring [online],” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif