Jateng
Senin, 4 Maret 2024 - 16:26 WIB

Tiap Tahun, Warga Jateng Sumbang 6 Ton Sampah

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gundukan sampah di TPA Jatibarang, Kota Semarang, Jateng. (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada sekitar 6 juta ton sampah yang disumbangkan masyarakat di provinsi tersebut setiap tahunnya. Sampah sebanyak itu merupakan jumlah yang masuk ke berbagai tempat pembuangan akhir (TPA) di 35 kabupaten/kota.

Kepala DLHK Jateng, Widi Hartanto, mengatakan 6 juta ton sampah itu terdiri dari sampah organik maupun anorganik. “Per tahun itu 6 juta ton sampah yang diproduksi masyarakat. Ada organik, anorganik, termasuk plastik juga,” ujar Widi kepada wartawan di Semarang, Senin (4/3/2024).

Advertisement

Widi mengaku pihaknya telah memberikan perhatian serius terhadap pengurangan dan pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Hal itu dikarenakan kedua jenis sampah itu bisa berdampak buruk pada masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.

“Anorganik kalau tidak dikelola itu berbahaya, organik itu juga sama kalau tidak dikelola dengan baik bisa menimbulkan dampak kesehatan seperti gas rumah kaca,” jelasnya.

Salah satu upaya yang saat ini tengah digencarkan DLHK Jateng dalam pengelolaan sampah secara mandiri adalah dengan menggagas desa mandiri sampah. Hal itu diyakini mampu mengurangi produksi sampah rumah tangga.

Advertisement

Widi menyebut hingga saat ini sudah ada 48 desa mandiri sampah. Rencana, jumlah tersebut akan bertambah sepanjang tahun 2024 ini.

“Dengan program itu harapannya sampah tidak sampai dibuang ke TPA. Jadi satu desa bisa mengelola sampah dari warganya sendiri,” imbuh Kepala DLHK Jateng.

Widi menilai sejauh ini kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap sampah sudah cukup baik dengan munculnya bank sampah di desa-desa. Apalagi, mengatasi persoalan sampah memang dibutuhkan peran serta masyarakat.

Advertisement

DLHK Jateng mendorong bank sampah di setiap desa diperbanyak. Hal itu supaya sampah yang dihasilkan masyarakat bisa berkurang dan dikelola menjadi produk bernilai jual. “Pengelolaan sampah tidak bisa semua oleh pemerintah, pasti ada keterbatasan. Sehingga yang paling penting adalah peran serta masyarakat bersama-sama melakukan pengelolaan sampah semampu kita,” tutupnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif