SOLOPOS.COM - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Kemendikbudristek, Prof. E. Aminudin Aziz (kanan) dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT), Syarifuddin (kiri) seusai mengisi paparan pada Koordinsi Pemda Terkait Kebijakan Perlindungan Bahasa Daerah di Gets Hotel Semarang, Selasa (14/3/2023). (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG — Sebanyak 718 bahasa daerah di Indonesia terus mengalami kemunduran tiap tahunya, tak terkecuali bahasa Jawa. Bahkan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendibudristek) mencatat sudah ada 11 bahasa ibu di daerah yang dinyatakan telah punah pada 2019.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Kemendibudristek, Prof. E. Aminudin Aziz, mengatakan banyak faktor yang mengakibatkan bahasa daerah mengalami kemunduran. Di antaranya penyempitan wilayah, rusaknya tata bahasa di penuturnya, hingga kurangnya daya dukung program yang digencarkan.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

“Sebanyak 11 itu punah karena sudah tidak ada penuturnya. Belasan itu kebanyakan di daerah timur. Dari data yang kami miliki terakhir, terkait kajian vitalitas bahasa daerah nyaris semua bahasa mengalami kemunduran pada 2021,” kata Aminudin seusai mengisi paparan pada Koordinsi Pemda Terkait Kebijakan Perlindungan Bahasa Daerah di Gets Hotel Semarang, Selasa (14/3/2023).

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga menilai kondisi bahasa Jawa saat ini dalam kategori rentan. Penyebabnya, banyak penutur mudanya yang menurun dan banyak orangtua yang tak mengajari anaknya menggunakan bahasa daerah di kehidupan rumah tangganya.

“Jawa juga sama. Faktornya ada karena pengaruh bahasa asing, bahkan mungkin juga Indonesia. Bahasa Indonesia sudah masif dan luas penggunaanya, baik di kantor, keluarga, dan masyarakat,” katanya.

Disinggung mengenai berapa indikator penurunan penutur bahasa Jawa, khususnya di Jawa Tengah, Aminudin belum melakukan riset atau kajian data riil. Namun dari pengamatanya, penggunaan bahasa Jawa di kehidupan rumah tangga hanya sebanyak 73 persen.

“Data final belum ada. Tapi kalau persentasinya hanya ada 73 persen yang menggunakan bahasa Jawa di kehidupan rumah tangga. Angka ini semakin turun. Ini perlu perhatian serius. Harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya melalui festival, lomba, dan dokumentasi. Bahasa itu faktornya adalah pembiasaan. Bisa dimulai dari lingkungan rumah tangga,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT), Syarifuddin, mengatakan posisi bahasa Jawa saat ini masih ditaraf aman. Namun melihat fenomena yang ada, ia mengamini bila lambat laun bahasa Jawa bisa alami kemunduran.

“Bahasa Jawa ini posisinya aman. Tapi tetap mengawatirkan karena bisa mengalami kemunduran. Lalu menjadi kritis. Maka revitalisasi bahasa daerah itu perlu untuk digencarkan melalui partisipasi tiap kabupaten/kota, pakar, dan maestro bahasa. Nah Rakor kali ini untuk membahas lebih dalam langkah konsisten ke depanya,” kata Syarifuddin.

Berikut ini daftar 11 bahasa daerah yang telah punah di Indonesia:

1. Bahasa Tandia, Papua Barat.

2. Bahasa Mawes, Papua.

3. Bahasa Kajeli/Kayeli, Maluku.

4. Bahasa Pilu, Maluku.

5. Bahasa Moksela, Maluku.

6. Bahasa Palumata, Maluku.

7. Bahasa Ternateno, Maluku Utara.

8. Bahasa Hukumina, Maluku.

9. Bahasa Hoti, Maluku.

10. Bahasa Serua, Maluku.

11. Bahasa Nila, Maluku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya