SOLOPOS.COM - Prosesi mengarak tumpeng dan ingkung di Kebumen. (Istimewa/seputarkebumen.com)

Solopos.com, KEBUMENJawa Tengah memiliki beragam tradisi unik yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya.

Beberapa di antaranya memberikan daya tarik tersendiri dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata religi. Hal itu seperti tradisi Ingkungan yang dilaksanakan di Masjid Banyumudal Kuwarisan, Desa Panjer, Kecamatan Kebumen.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Tradisi ini diadakan setahun sekali saat tahun baru Hijriah saat Muharam atau Sura. Tradisi ini diadakan sebagai bentuk menghormati sesepuh dan ulama yang membawa masuk agama Islam ke daerah Kebumen, khususnya di daerah Kuwarisan.

Dilansir dari budaya-indonesia.org, acara ini biasa dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon saat Muharam. Namun apabila pada bulan tersebut tidak ada hari Jumat Kliwon, acaranya diganti di hari Jumat Pon.

Tradisi ini bisa diikuti warga Muslim daerah Kuwarisan asli dan warga daerah lain yang sudah mempunyai hubungan keluarga dengan warga kuwarisan.

Dalam tradisi ingkungan, setiap keluarga diharuskan membuat ingkung (ayam yang dimasak utuh) dan tumpeng untuk dikumpulkan.

Acara ini dimulai pada Jumat pagi ketika para sesepuh desa menyembelih ayam jago atau ayam betina yang belum pernah bertelur. Ayam-ayam yang sudah disembelih kemudian dimasak menggunakan bumbu gulai.

Ada aturan yang harus dilakukan selama memasak ayam tersebut, yaitu tidak boleh dicicipi sampai dibacakan doa seusai salat Jumaat di masjid. Hal ini dimaksudkan guna mempertahankan kebiasaan unggah-ungguh bahwa sebelum makan harus berdoa terlebih dahulu.

Filosofi tradisi ingkungan digambarkan pada sikap ayam yang terlihat seperti orang melakukan sujud dalam salat dengan tenang dan khusyuk. Kemudian, Ingkung beserta pelengkap lainnya diarak dari balai desa menuju Masjid Banyumudal dengan diiringi tetabuhan.

Sesampainya di masjid, Ingkung dibacakan doa-doa thoyibah oleh para ulama setempat. Setelah itu, baru ingkung tersebut dibagikan kepada seluruh warga.

Menurut sejarahnya, tradisi ini dimulai oleh Ulama Agung Syekh Ibrohim Asrama Qondi yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Akhirnya, Syekh Ibrohim sampai di Kebumen, tepatnya di Kuwarisan pada masa pemerintahan Raja Champa.

Syekh Ibrohim kemudian menyebarkan dakwah di sana hingga membangun Masjid Banyumudal serta mengenalkan tradisi Ingkungan tersebut pada masyarakat setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya