SOLOPOS.COM - Warga Semarang menonton arak-arakan Kirab Dugderan di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang, Jateng, Kamis (25/5/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Tradisi Karnaval Dugderan yang digelar untuk menyambut puasa Ramadan 2017 diikuti ribuan warga Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Duegderan yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) dalam menyambut bulan puasa Ramadan, Kamis (25/5/2017), berlangsung meriah dipadati ribuan warga. Pada tahun ini, karnaval Dugderan digelar dua hari berturut-turut, Karnaval Dugder 2017 digelar Rabu (24/5/207) dan Kirab Budaya Dugder 2017 diselenggarakan Kamis.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dugderan yang dilabeli nama Kirab Budaya Dugder 2017, Kamis, diawali dari halaman Balai Kota Semarang setelah tradisi khas Semarang itu dibuka langsung oleh Wali Kota Hendrar Prihadi. Hendi—sapaan akrab Hendrar Prihadi—membuka kehiatan itu dengan membacakan sambutan dan menabuh bedug.

Setelah Kirab Budaya Dugder 2017 resmi dibuka wali kota, perwakilan dari 16 kecamatan, organisasi kemasyarakatan, sekolah, pondok pesantren, perhotelan, dan berbagai komunitas di Kota Semarang tampil beraksi di halaman Balai Kota Semarang.

Diawali atraksi drum band berbagai sekolah, seperti Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang, hingga sekolah dasar, dan drum band dari beraneka barang bekas. Tari-tarian juga ditampilkan sejumlah rombongan sekolah, kemudian atraksi barongsai, serta aneka kostum glamour dan unik bak bidadari yang ditampilkan komunitas dari Kota Salatiga.

Tak lupa, Warak Ngendok, yakni hewan mitologi yang memadukan berbagai unsur budaya yang menjadi maskot Kota Semarang ditampilkan setiap peserta dalam berbagai bentuk kreasi. Setelah para peserta karnaval meninggalkan balai kota, rombongan wali kota beserta jajaran muspida menyusul di belakangnya menaiki kereta kencana, bendi hias, dikawal pasukan berkuda.

Rute yang dilalui Kirab Budaya Dugder 2017 adalah Balai Kota Semarang, Jl. Pemuda, hingga Jl. Kolonel Sugiyono, kemudian menuju Masjid Agung Semarang atau biasa disebut Masjid Kauman. Wali Kota Hendrar Prihadi yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat sesampai di masjid itu menerima suhuf halaqah dari ulama, kemudian membacakannya di hadapan masyarakat Kota Semarang.

Di Masjid Agung Semarang itu, tradisi tahunan Dugderan Kota Semarang itu juga diramaikan pemukulan bedug di Masjid Kauman dan bunyi dentuman meriam yang merupakan cikal bakal nama Dugderan, yakni dari bunyi “dug” bedug dan “der” bunyi meriam. Selain itu, dilakukan pula pembagian air khataman Alquran dan ribuan kue ganjel rel, makanan khas Semarang kepada masyarakat yang filosofinya menghilangkan sesuatu yang ngganjel (mengganjal).

Setelah itu, rombongan Kirab Budaya Dugder 2017 bergerak ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk penyerahan suhuf halqah kepada Gubernur Jateng, diwakili Sekda Jateng Sri Puryono yang memerankan Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo. Di MAJT, dilakukan pula prosesi yang hampir sama, yakni pembacaan suhuf halaqah oleh Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo kepada masyarakat Jateng yang sebentar lagi memasuki bulan puasa Ramadan 2017.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya