SOLOPOS.COM - Ilustrasi taksi Salatiga (plus.google.com)

Transportasi Salatiga diwarnai penolakan sopir taksi atas kehadiran taksi online, Ubertaxi.

Semarangpos.com, SALATIGA – Rencana kehadiran taksi online, Ubertaxi, di Kota Salatiga disambut penolakan oleh para sopir taksi konvensional yang biasa beroperasi di wilayah Salatiga dan sekitarnya. Mereka menolak kehadiran taksi online itu karena berpotensi mengganggu pendapatan mereka.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Salah seorang sopir taksi yang biasa mangkal di Jl. Jenderal Sudirman, tepatnya di depan Hotel Grand Wahid, Ari Sapto, mengaku saat ini di Kota Salatiga sudah ada 15 taksi yang beroperasi. Dari ke-15 taksi itu saja persaingan untuk mencari penumpang sudah sangat berat, apalagi jika ditambah hadirnya taksi online.

“Jelas saya tidak setuju dengan kehadiran taksi online. Kehadiran mereka jelas akan menambah persaingan dan berpotensi menurunkan pendapatan kami. Apalagi Ubertaxi itu terkenal memiliki tarif yang lebih murah daripada taksi resmi lainnya,” ujar Ari saat dijumpai Semarangpos.com di depan Hotel Grand Wahid, Salatiga, Selasa (31/5/2016).

Ari menambahkan saat ini pendapatan supir taksi konvensional di Salatiga sudah terbilang sangat minim. Dalam sehari beroperasi, setiap sopir rata-rata hanya mendapat pendapatan sekitar Rp200.000. Jumlah itu belum dikurang dengan biaya setoran kepada perusahaan pemilik taksi sekitar Rp165.000.

“Salatiga ini wilayah operasinya kecil. Dengan wilayah operasi yang kecil pendapatan kami sebagai sopir taksi juga tidak besar. Belum lagi di Salatiga ini peminat angkutan taksi juga tak terlalu banyak, tidak seperti kota-kota lain, seperti Solo atau Jogja. Jadi mengapa juga Ubertaxi beroperasi di sini?” imbuh Ari.

Ari memperkirakan kehadiran Ubertaxi nantinya tak hanya berdampak negatif bagi taksi-taksi konvesional, tetapi juga memberi dampak bagi angkutan lainnya di Salatiga, seperti angkutan kota. Oleh karenanya, ia pun akan melakukan komunikasi dengan para supir angkutan kota untuk menolak kehadiran Ubertaxi.

Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mendesak Dinas Perhubungan, Komunikasi, Budaya dan Pariwisata (Diskombudpar) Kota Salatiga untuk mengeluarkan kebijakan menolak kehadiran Ubertaxi. “Entah bagaimana caranya, nanti kami akan melakukan komunikasi lebih dulu dengan Dishub supaya taksi online dilarang. Jelas kehadiran mereka akan merugikan kami,” imbuh Aris.

Taksi online yang diwadahi opeh penyedia aplikasi Ubertaxi itu rencananya mulai beroperasi di Kota Salatiga mulai awal Juni 2016. Sebelum beroperasi, Ubertaxi telah melakukan perekrutan sopir lewat pendaftaran di Radio Zenith, Kota Salatiga.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya