SOLOPOS.COM - Sejumlah mahasiswa dari beberapa universitas di Kabupaten Banyumas berunjukrasa di di Alun-alun Purwokerto, Banyumas, Jateng, Jumat (11/2/2022). Dalam aksinya, mereka mengutuk represi terhadap warga Wadas dan juga menuntut Gubernur Jateng untuk mencabut SK Gubernur Nomor 590/20 Tahun 2021 tentang penetapan lokasi pengadaan tanah bagi pembangunan bendungan Bener di Kabupaten Purworejo dan Wonosobo. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/YU

Solopos.com, PURWOREJO — Tindakan aparat keamanan yang berujung penangkapan puluhan warga penolak proyek tambang batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupten Purworejo, Jawa Tengah, menyisakan trauma. Ada sebagian warga yang memilih mengungsi ke luar desa, ada pula yang memilih bertahan dan mengunci diri di rumah.

Salah satu warga yang disembunyikan identitasnya bahkan mengaku tidak berani keluar rumah. Dia masih trauma dengan teror aparat keamanan beserta sejumlah orang yang berpakaian seperti preman.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Baca juga: Siapa Paling Untung dari Penambangan Batu Andesit di Desa Wadas?

Dia menceritakan bahwa suaminya pernah ditangkap tanpa tahu duduk perkaranya. Sampai saat ini, dia bersama keluarganya masih mengurung diri di rumah karena trauma.

“Kami takut Pak, suami saya ditangkap tanpa tahu masalahnya. Sekarang di rumah dan kalau lihat polisi atau pria asing berbaju hitam jadi ketakutan. Setiap hari mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak-anak juga trauma pak,” kata Waliyah, salah satu warga dilansir dari Antara, Senin (14/2/2022).

Warga lainnya bernama Ana, mengatakan dia dan suaminya ditangkap aparat kepolisian saat konflik Desa Wadas memanas. Suaminya ditangkap saat di perjalanan menuju ke Purworejo, sementara dirinya ditangkap saat berada di desa.

“Kasihan anak saya pak, masih kecil. Bagaimana rasanya ditinggal kedua orang tuanya yang ditangkap polisi, Pak. Kami warga masih trauma,” ujarnya.

Baca juga: Asal Usul Batu Andesit, Harta Karun Desa Wadas Purworejo

Komnas HAM

Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, mengatakan terjadi kekerasan yang dilakukan aparat terhadap warga desa yang menimbulkan trauma. “Yang kami temukan memang ada kekerasan yang dilakukan oleh aparat, kemudian warga masih trauma,” kata Komisoner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara saat dihubungi pada Minggu (13/2/2022).

Beka juga mendapatkan laporan masih ada beberapa warga yang belum berani pulang ke desa. Dia juga melihat relasi antara warga yang pro dan kontra proyek penambangan batu andesit untuk Bendungan Bener pun merenggang. Pihaknya pun ikut turun tangan menyelesaikan konflik di Desa Wadas ini.

Baca juga: Konflik Desa Wadas: Tanah Ditambang, Kiamat Datang?

Sementara itu diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyampaikan permohonan maaf kepada warga Desa Wadas terkait konflik yang terjadi. Dia berjanji akan mengajak pihak yang berkepentingan untuk berdialog mengenai hal tersebut.

Menurutnya, ada tiga hal yang akan dikerjakan setelah pertemuan tersebut. Pertama pihaknya akan melakukan evaluasi teknis. Kedua, metode pendekatan. Ketiga, terkait apa yang selama ini menjadi polemik, apakah yang pro atau kontra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya