SOLOPOS.COM - Peserta Sarasehan Nasional Melawan Hoax, Mengembalikan Jati Diri Bangsa berfoto bersama di halaman Wisma Perdamaian, Semarang, Kamis (20/4/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Wisnu Adhi N.)

Turn back hoax digemakan para tokoh lintas agama di Wisma Perdamaian Kota Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Semangat turn back hoax bergema dalam Sarasehan Nasional Melawan Hoax, Mengembalikan Jati Diri Bangsa di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Kamis (20/4/2017). Kegiatan itu diikuti berbagai kalangan masyarakat, termasuk tokoh lintas agama seperti K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Dalam sarasehat itu, Gus Mus mengajak para pengguna berbagai media sosial terus memerangi berita bohong atau hoaks yang berpotensi mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Pengguna media sosial harus terus menjaga kewarasan, jangan sampai orang-orang tidak waras menguasai media sosial dan seolah menjadi sumber kebenaran, padahal tak waras,” katanya.

Menurut Gus Mus, hoax atau hoaks bukan hanya menjadi sarana penyebar fitnah, tapi juga berpotensi memecah belah bangsa. Gus Mus menjelaskan bahwa jati diri adalah persoalan kemampuan melakukan peran dalam kehidupan bermasyarakat.

“Ya seperti ini, ulama gak perlu memimpin demo dan gubernur ya jangan wiridan terus, gubernur perlu kerja untuk rakyat. Antara ulama dan pemerintah ada tugas masing-masing, gak perlu berebutan,” ujarnya.

Gus Mus berharap para pemimpin dan pemilik kekuasaan mampu mengatasi kemungkaran. “Kadang kala harus menggunakan ‘tangan’ untuk mengatasi kemungkaran. Polisi dan pemerintah ya jangan mengimbau, mereka punya daya tekan. Mengimbau itu kewajiban ulama,” katanya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga menjadi salah satu pembicara pada sarasehan tersebut menilai bahwa pengguna media sosial di Indonesia terkenal aktif, namun tidak memiliki literasi yang memadai guna kepentingan konfirmasi dan verifikasi mengenai kebenaran sebuah informasi.

“Mereka enggan melakukan konfirmasi dan lebih senang mendramatisasi keadaan melalui meme hingga seolah menjadi kebenaran,” ujarnya.

Menurut Ganjar, keadaan seperti itu harus dilawan agar hoaks tidak merajalela dan perlawanan yang dimaksud bukan dalam arti kekerasan, melainkan memberikan edukasi kepada pengguna media sosial hingga mau menerima kebenaran. “Memang butuh keberanian, suka tidak suka ada tantangan, namun jangan sampai hoax merajalela,” katanya.

Romo Aloysius Budi Purnomo menambahkan, selain hoaks, yang harus dilawan dan diburu adalah penyebar kabar bohong di masyarakat. “Perbuatan orang-orang semacam itu sangat jahat karena bisa menghancurkan negara,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya