SOLOPOS.COM - Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra (paling kiri) berpose bersama para anggota TNI dan Polri saat acara Sosialisas Uang Rupiah Tahun Emisi 1996 di Gedung BI Jateng, Semarang, Rabu (11/1/2017). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Uang rupiah baru yang diluncurkan Bank Indonesia (BI) 19 Desember 2016 lalu memicu polemik.

Semarangpos.com, SEMARANG – Guna menangkal isu-isu negatif terkait peredaran uang rupiah baru yang diluncurkan pada 19 Desember 2016 lalu, Bank Indonesia terus mengencarkan sosialisasi.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Salah satu sosialisasi yang digelar BI untuk memperkenalkan uang baru itu menggandeng TNI dan Polri, di Gedung BI Jateng, Semarang, Rabu (11/1/2016). Hadir dalam sosialisasi itu, antara lain yakni Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra, dan beberapa anggota Babhinkamtibmas di jajaran Polda Jateng serta Babinsa dari Kodam IV Diponegoro.

Rahmat menyebutkan setelah diluncurkan pada 19 Desember 2016 lalu, peredaran uang baru diterpa isu yang mengarah ke hoax atau berita bohong. Beberapa isu itu antara lain adanya gambar palu dan arit pada rectoverso atau perpaduan gambar yang saling isi pada desain uang baru. Selain itu, isu yang berkembang juga menyebutkan bahwa uang rupiah baru itu mirip dengan uang negara Tiongkok, yakni Yuan.

“Semua isu itu tidak benar. Oleh karenanya kami perlu menipis isu-isu miring itu agar masyarakat tidak khawatir,” jelas Rahmat saat dijumpai wartawan seusai memberikan sambutan dalam acara itu, Rabu.

Rahmat menambahkan masyarakat perlu melihat lebih jeli uang baru itu. Jika diraba dan dilihat secara seksama dalam rectoverso itu tidak ada lambang palu arit melainkan logo BI. Logo yang tertera di-rectoverso yang berbentuk hologram itu didesain dengan tujuan agar tidak mudah dipalsukan.

“Banyak fitur baru dan warna yang menyesuakan semata demi keamanan dan kenyamanan masyarakat. Gambar para pahlawan yang terpampang juga sudah kami periksa secara teliti,” imbuh Rahmat.

Rahmat menambahkan BI tidak akan gegabah dalam mendesain uang yang melanggar peraturan karena uang selain berfungsi sebagai alat transaksi juga menjadi lambang kedaulatan sebuah negara. “Sehingga uang itu juga harus dihormati,” ujarnya.

Selain menyangkal isu-isu negatif yang berkembang menjadi hoax atau berita tidak benar, Rahmat juga membeberkan metode-metode yang digunakan BI agar uang rupiah baru itu tidak mudah dipalsukan. Selain dengan menggunakan rectoverso, metode lain agar uang baru itu tidak mudah dipalsukan adalah dengan menggunakan kertas khusus yang lebih awet dan kuat sehingga tidak mudah rusak dan tahan lama.

Sementara itu, terkait alasannya menggundang anggota TNI dan Polri dalam sosialisasi itu, Rahmat menilai selama ini anggota di kedua instansi pemerintah itu yang kerap berinteraksi secara langsung dengan masyarakat. “Selain itu, mereka adalah penegak hukum dan diharapkan mengetahui perbedaan uang palsu dan yang asli. Setelah dengan anggota TNI dan Polri rencana sosialisasi kami lanjutkan dengan menggandeng para ulama dan pemimpin pondok pesantren,” jelas Rahmat.

Sementara itu, Kanit III Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, Kompol Hartono, menyatakan uang rupiah yang baru diluncurkan BI itu memang terbilang canggih. “Kalau dilihat dari kertas dan desain rectoverso-nya memang uang ini akan sulit dipalsukan,” beber Hartono.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya