SOLOPOS.COM - : Kepala Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI, Muhammad Nuh (kiri) dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan undip, Faisal. (Ponco Wiyono-Solopos.com)

Solopos.com, SEMARANG Universitas Diponegoro (Undip) Semarang masih menjajaki kemungkinan untuk mengalokasikan dana di Badan Wakaf Indonesia (BWI). Saat ini, kampus yang berada di Kecamatan Tembalang itu sedang menyiapkan peraturan sebelum mempercayakan dana abadi ke BWI.

Hal tersebut diketahui saat kegiatan Wakaf Goes To Campus ke-12 bertajuk Penguatan Literasi Wakaf Produktif Generasi Milenial di Gedung Prof Soedarto kampus Undip, Kota Semarang, Selasa (20/12/2022).

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Kepala Badan Pelaksana BWI, Muhammad Nuh, menyampaikan pemilihan kampus sebagai tempat sosialisasi wakaf produktif didasarkan pada fakta kampus merupakan tempat berkumpulnya para calon pemimpin bangsa generasi berikutnya.

“Yang bisa mengembangkan Indonesia ini adalah orang baik, dan orang saleh syaratnya adalah memiliki ilmu yang bermanfaat. Tapi ilmu tidak berkembang tanpa sarana dan prasarana. Kebetulan di Undip ini sarana dan prasarana kan dari dana mandiri masyarakat dan pemerintah. Nah, kami ingin sarana prasarana juga hadir dari harta wakaf sehingga ada pendanaan dari masyarakat berbasis keagamaan,” beber Nuh.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini mencontohkan banyak kampus kelas dunia yang memiliki dana abadi. Mengelola dana abadi semacam ini, menurut Nuh, akan mengurangi ketergantungan institusi kampus pada pendanaan dari pihak luar kampus.

Baca juga: Intiyas Utami, Serba Pertama dari Guru Besar hingga Rektor Perempuan di UKSW

Model wakaf produktif yang ditawarkan BWI sendiri berupa sukuk atau obligasi berupa syariah. Di bawah pengawasan dan tanggung jawab pemerintah pusat secara langsung, Nuh menyebut wakaf jenis ini hampir tidak memiliki risiko sama sekali.

“Sama seperti investasi, kita mencari yang modal kecil tapi hasil besar. Sukuk ini risk-nya zero. Nanti hasilnya bisa dipakai entah itu untuk beasiswa, pembangunan, atau penelitian yang bermanfaat. Nanti setelah para mahasiswa lulus, mereka akan menjadi engin-engine bagi masyarakat,” sambungnya.

3 Kampus

Sejauh ini, ada tiga kampus yang menurut Nuh sudah menerapkan wakaf produktif bekerja sama dengan Badan Wakaf Indonesia. Perguruan tinggi itu antara lain Universitas NU Surabaya, Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), dan Institut Pertanian Bogor (ITB).

“Kami masih ada waiting list panjang kampus-kampus yang bersedia bergabung. Sementara dana yang tertinggi adalah dari IPB, mencapai Rp200 miliar,” tutur lelaki kelahiran Surabaya itu.

Baca juga: Misterius! Mahasiswa Unnes Meninggal di Kamar Indekos Usai Rampungkan Skripsi

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Undip, Faisal, pada kesempatan yang sama mengatakan saat ini peraturan kampus tersebut untuk menanam dana produktif di BWI tengah disiapkan. Mengenai nilainya, ia menyebut kemungkinan hampir sama dengan nilai yang diinvestasikan IPB.

“Kami memiliki mahasiswa sebanyak 67.000 orang dan mendukung program Pak Muhammad Nuh ini. Hal yang dituju bukan hanya untuk kepentingan mahasiswa, tapi juga masyarakat terutama di lingkungan kampus,” ujarnya.

Nuh mengatakan pengenalan program wakaf produktif yang menyasar generasi milenial perlu dilakukan. Sebab, selain mereka sebagai calon penerus kepengelolaan bangsa, sebagai technology savy mereka wajib memahami tentang wakaf sebagai salah satu jalan mengelola dana secara produktif.

“Mesin estafet ada di generasi terdidik. Jila mereka tidak peduli, maka wakaf pun akan hilang. Tapi jika orang-orang baik ini peduli, saya yakin Indonesia Emas 2045 akan terwujud,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya