SOLOPOS.COM - Masyarakat Kampung Jalawastu di Brebes, Jawa Tengah, yang masih memegang teguh adat Sunda. (Instagram/@brebesdaily)

Solopos.com, BREBES — Bagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng), nama Kampung Jalawastu pastilah sudah tidak asing. Kampung ini dikenal akan masyarakatnya yang masih mempertahankan adat dan budaya leluhur, bahkan dalam membangun rumah yang tanpa memakai bahan-bahan material seperti semen.

Kampung Jalawastu terletak sekitar 70 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Brebes. Hampir ratusan rumah di kampung ini tidak ada yang memiliki gaya modern. Warga Kampung Jalawastu menggunakan papan sebagai dinding, bahkan bangunan kamar mandi juga menggunakan material seng sebagai atapnya.

Promosi BRI Peduli Ini Sekolahku, Wujud Nyata Komitmen BRI Bagi Kemajuan Pendidikan

Masyarakat kampung ini juga memegang teguh tradisi yang mereka ikuti, dan tidak ada warga yang berani melanggar tradisi tersebut. Tak hanya itu, warga rupanya juga memiliki pantangan, antara lain larangan menggelar pementasan wayang, beternak angsa, dan menanam bawang merah. Tidak ada yang berani melanggarnya. Mereka percaya akan mendapat musibah bila melanggar.

Tidak hanya itu, masyarakat Kampung Jalawastu masih mempertahankan beberapa tradisi setempat. Setiap tahun mereka mengadakan upacara adat yang disebut Ngasa. Upacara adat ini digelar setiap Selasa Kliwon mangsa kesanga atau sembilan dalam kalender Jawa. Upacara Ngasa in dipusatkan di dalam hutan yang dikeramatkan warga setempat, yakni di Pesarean Gedong. Salah satu yang menarik dari upacara ini adalah pesta perjamuan tanpa nasi, telur atau lauk pauk daging dan ikan.

Makanan yang disajikan di pesta perjamuan itu berupa jagung yang ditumbuk seperti nasi dan disajikan dengan lauk berbentuk umbi-umbian. Dalam perjamuan ini tidak ada piring atau gelas berbahan kaca. Masyarakat Kampung Jalawastu menggunakan piring enamel, daun, atau bahkan menggunakan barang yang berbahan plastik. Hal ini dikarenakan semua bahan kaca dan keramik dilarang di kampung ini.

Menurut penjelasan Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Wijanarto, kampung ini sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha dan menganut agama Sunda Wiwitan. Hal ini berdasarkan dari kemiripan dengan budaya dengan suku Baduy. Seiring berjalannya waktu, warga Kampung Jalawastu banyak yang menganut Islam. Ajaran Islam dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa Islam masuk pada abad 15 sampai 16. Pernyataan ini didasarkan pada sejarah pitutur yang berkembang di masyarakat.

Akulturasi Islam dengan budaya nenek moyang di Kampung Jalawastu diperlihatkan dalam tradisi Perang Centong. Perang centong ini menggunakan sendok nasi berbahan kayu sebagai medianya. Perang ini menggambarkan dua jawara setempat yang menginginkan adanya perubahan adat istiadat dan pihak yang tetap ingin mempertahankan budaya setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya