SOLOPOS.COM - Upacara Ngasa di Jalawastu, Brebes. (Istimewa/Instagram @koramil16larangan_dim0713_bbs)

Solopos.com, BREBES — Di balik maraknya budaya modern yang terus berkembang, nyatanya masih hidup beberapa tradisi turun-temurun yang masih bisa ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Kampung Jalawastu, Brebes salah satunya.

Masih ditemui di kampung ini, warisan leluhur upacara adat Ngasa yang biasanya diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Upacara Ngasa sering disebut juga sebagai sedekah gunung dilakukan masyarakat Jalawastu, Desa Cisereuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Upacara Ngasa dilakukan sebagai bentuk rasa syukur warga kepada sang Maha Pencipta Allah SWT atas segala karunia rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dengan bersedekah nasi jagung dan hidangan lain beserta hasil pertanian masyarakat Jalawastu.

Melansir dari jurnal Upacara Adat Ngasa di Kampung Budaya Jalawastu dalam Perspektif Teologis, upacara adat Ngasa pertama kali digelar pada masa pemerintahan bupati ke-9 di Brebes, yaitu Raden Arya Candranegara sekitar 1880-1885.

Upacara adat Ngasa sudah ada sebelum agama Islam masuk ke Tanah Jawa. Oleh karena itu, ada yang mengatakan tradisi Ngasa tidak terlepas dari akulturasi budaya Islam, Hindu, dan Buddha yang diwariskan nenek moyang masyarakat Jalawastu.

Upacara Ngasa pada awalnya dilaksanakan bukan hanya di kampung Jalawastu. Tapi di pedukuhan-pedukuhan yang berada di lereng Gunung Kumbang juga mengadakan Upacara Ngasa.

Lambat laun dan semakin merebaknya budaya kota, pada akhirnya hanya di kampung Jalawastu yang masyarakatnya masih mempetahankan upacara adat Ngasa dan masih dilestarikan turun–temurun sampai sekarang.

Tak heran jika Kampung Jalawastu beserta budaya di dalamnya sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kategori ritus adat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional RI sejak Oktober 2019 silam.

Upacara adat Ngasa biasanya digelar pada mangsa kesanga (bulan kesembilan dalam kalender jawa) atau bulan Februari atau Maret, tepatnya pada hari Selasa kliwon.

Sama halnya adat istiadat masyarakat pesisir laut yang mengadakan sedekah laut ataupun masyarakat dataran dengan sedekah buminya, masyarakat yang berada di pegunungan juga mengadakan tradisi sedekah gunung.

Adapun upacara adat Ngasa sendiri merupakan wujud pemujaan kepada arwah leluhur dan perwujudan rasa syukur masyarakat kampung Jalawastu kepada Batara Windu Buana yang dianggap menjadi penguasa dan pencipta alam.

Batara Windu Buana mempunyai pelayan seorang petapa bernama Guriang Panutus yang selama hidupnya tidak makan nasi dan lauk pauk yang bernyawa. Masyarakat kampung Jalawastu mempercayai bahwa Guriang Panutus merupakan nenek moyang mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya