Jateng
Rabu, 16 September 2015 - 09:50 WIB

USAHA KERAJINAN : Marquetry Karya Warga Semarang Tembus Pasar Pasar Luar Negeri

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (marquetry.org)

Usaha kerajinan marquetry hasil karya warga Semarang tidak hanya dibeli pejabat tapi juga diekspor.

Kanalsemarang.com, SEMARANG– Kerajinan marquetry asal Jawa Tengah tidak hanya diminati di pasar lokal tetapi juga mampu menembus pasar asing mulai dari kawasan Asia hingga Eropa.

Advertisement

“Beberapa negara yang menjadi pasar kami di antaranya Tiongkok, Afrika Selatan, Taiwan, Kroasia, dan Bulgaria,” kata pengrajin Marquetry asal Semarang Endah Kristianti di Semarang, Selasa (15/9/2015).

Sedangkan untuk pasaran lokal kebanyakan para pembeli adalah pejabat di antaranya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Advertisement

Sedangkan untuk pasaran lokal kebanyakan para pembeli adalah pejabat di antaranya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

“Belum lama ini saya juga baru saja menjual hasil karya marquetry kepada Mantan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel,” katanya.

Menurutnya, sebetulnya cukup banyak peminat kerajinan tersebut tetapi kendalanya adalah proses pembuatan yang cukup lama sehingga permintaan tidak mampu diimbangi dengan ketersediaan barang.

Advertisement

Untuk waktu yang dibutuhkan pada proses pembuatan kerajinan marquetry tersebut antara 1-2 bulan. Cepat atau lamanya waktu yang dibutuhkan tergantung dari tingkat kerumitan pembuatan serta ukuran kerajinan tersebut.

“Sejauh ini kerajinan marquetry yang paling lama saya kerjakan adalah Jokowi Blusukan. Banyak sekali detail yang dibutuhkan dan ukurannya juga cukup lebar yaitu 2 meter,” katanya.

Meski demikian, proses pembuatan yang cukup lama tersebut sepadan dengan harga jual kerajinan marquetry. Untuk ukuran kecil harganya Rp15 juta, sedangkan ukuran paling besar sejauh ini dihargai Rp30 juta.

Advertisement

Marquetry sendiri sebetulnya kerajinan khas Eropa. Bahan baku yang dibutuhkan adalah vinir kayu yang biasanya digunakan untuk kayu lapis.

Dari sisi bahan baku, Endah mengatakan sejauh ini tidak mengalami kesulitan karena ketersediaan dari industri mebel cukup banyak. Untuk bahan baku ini, dirinya tidak hanya mendatangkan dari Semarang tetapi juga dari Jakarta.

“Bahkan karena banyaknya pola dan warna alami dari vinir kayu ini, saya tidak perlu menggunakan pewarna tambahan. Cukup memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif