SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (freepik)

Solopos.com, SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah (Jateng) rupanya sempat mengalami defisit beras selama tujuh bulan, atau sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023. Produksi beras yang menipis itu disebut-sebut menjadi faktor penyebab harga beras di 35 kabupaten/kota di Jateng terus mengalami kenaikan hingga Februari ini.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Supriyanto, kepada Solopos.com, Selasa (21/2/2023). Supriyanto membenarkan jika Jateng merupakan salah satu sentra pangan nasional karena produksi beras selalu surplus setiap tahunnya. Akan tetapi, bila dilihat secara teliti setiap bulannya, Jateng sempat mengalami defisit padi pada tahun 2022.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“Jateng memang menjadi salah satu sentra pangan nasional, itu karena setiap tahun ada surplus sampai 900.000 ton. Tapi kalau dibedah tiap bulan, di mana setahun ada 12 bulan, Jateng itu kemarin [tahun 2022] justru sempat defisit. Produk beras Jateng untuk makan orang Jateng kurang, itu karena defisit selama tujuh bulan,” kata Supriyanto.

Lebih lanjut Supriyanto mengatakan masa panen Jateng yang lebih cepat membuat provinsi tetangga, yakni Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar) menyerap padi dari Jateng. Hal itu pun membuat produksi beras di Jateng mengalami defisit atau kekurangan selama tujuh bulan dan berdampak pada kenaikan harga beras.

“Artinya, stok gabah di RMU [rice milling unit atau mesin penggilingan padi] kosong, penggilingan padi kosong. Karena begitu panen, lebih cepat dari Jatim dan Jabar, RMU mereka [Jatim dan Jabar] jadinya berusaha menarik gabah kami. Fenomenanya, perbatasan barat diambil Jabar, perbatasan timur lari ke Timur, makanya menjadi defisit. Tapi kalau di total per tahun, Jateng tetap surplus,” sambungnya.

Kendati sempat defisit hingga menyebabkan harga beras terus naik, Supriyanto optimistis pada akhir Februari ini harga beras di Jateng akan berangsur stabil. Hal itu dikarenakan daerah Jatim dan Jabar yang sebelumnya sempat mengambil padi di daerah Jateng, saat ini telah memasuki masa panen raya.

“Pertengahan Februari ini Jabar dan Jatim sudah mulai panen. Jadi kalau kita lihat, harga sudah mulai stabil ini. Apalagi Bulog juga terus berupaya mengendalikan harga melalui operasi pasar,” ungkapnya.

Sekadar informasi, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (BPN), harga beras medium di Jateng mencapai Rp 11.620 per kilogram. Harga itu, masih 20 persen di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp9.450 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya