SOLOPOS.COM - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Grobogan, Agus Siswanto, berbicara soal penanganan stunting di Kabupaten Grobogan dalam talkhow bertema "Upaya Penurunan Stunting di Grobogan", Selasa (8/8/2023) malam.

Solopos.com, GROBOGAN – Penurunan angka stunting menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan. Bahkan, Pemkab menargetkan setiap tahun angka stunting setidaknya bisa turun satu digit.

Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Grobogan, Agus Siswanto, dalam talkhow bertema “Upaya Penurunan Stunting di Grobogan”, Selasa (8/8/2023) malam. Ia mengatakan stunting telah menjadi perhatian bersama setiap stakeholder terkait.

Promosi Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback

“Kasus stunting di Grobogan saat ini ada penurunan. Dari sebelummya 29,6 persen, saat ini turun 19,6 persen. Tapi kami masih akan upayakan terus (menurun),” kata Agus, seperti dikutip Solopos.com dari tayangan di Youtube TATV Streaming, Selasa (8/8/2023).

Tujuan angka stunting terus ditekan, terang Agus, sebagai salah satu bentuk partisipasi mewujudkan Indonesia Emas pada 2045 nanti. Bahkan bila perlu, dengan ditargetkan adanya penurunan tiap tahun, maka tak menutup kemungkinan atau diklaim Grobogan bisa 0 kasus stunting.

“Kendala di lapangan tentu ada, seperti pemahaman masyarakat terhadap stunting, baik yang golongan ekonomi ke atas maupun ke bawah. Oleh karena itu, pemahaman itu terus kami tingkatkan, sosialisasi tingkat bawah (RT/RW atau desa). Kemudian langkah preventif, pembinaan bersama TNI, Polri, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, semua kita maksimalkan, agar tidak muncul angka stunting baru,” pungkasnya.

Lebih jauh, remaja usia subur atau anak SMA pun sudah menjadi prioritas target pembekalan atau sosialisasi mengenai stunting. Tujuanya, agar ketika kelak menjadi orang tua, para remaja itu tahu bagaimana memenuhi kebutuhan gizi sang balita.

Senada, Ketua Komisi D DPRD Grobogan, Mukhlisin, mengaku terus melakukan monitoring bersama dinas terkait ke lapangan. Tujuanya untuk memastikan penurunan stunting di daerahnya benar-benar terjadi dan tak hanya sebatas angka-angka.

“Itu (turun lapangan) sudah kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya. Namun tahun ini makin kita gencarkan,” imbuh Mukhlisin.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Grobogan, Slamet Widodo, membenarkan bila masih ada masyarakat yang tidak terlalu paham apa itu stunting. Padahal menurutnya, stunting memang identik dengan tinggi badan yang pendek, namun pendek belum tentu stunting.

“Stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Itu (stunting) karena kurangnya asupan nutrisi, makanya 1.000 kehidupan pertama itu penting (pemenuhan gizi). Terus apabila gizi kurang, maka saat balita akan sering sakit-sakitan. Nah nanti tampak jelasnya itu kalau sudah usia di atas 2 tahun,” terang Slamet.

Selain strategi berupa sosialisasi hingga penyuluhan, ungkap Slamet, pihaknya juga memiliki empat cara jitu lainnya mengentaskan stunting di Grobogan. Yakni pertama kerja sama dengan legislatif maupun pemerintah melalui langkah yang tepat, pendanaan, kerja keras, dan doa.

“Karena program ini tak lepas dari dukungan politikus, DPRD, Bupati dan wakilnya, lewat RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) misal. Pendanaan bisa dari CSR sampai APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah). Semua kerja keras bersama-sama, gotong-royong termasuk masyarakat, dan kemudian doa,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya