SOLOPOS.COM - Warga binaan Rutan Salatiga menangis haru saat sungkeman kepada orangtua atau orang tersayang, Sabtu (11/3/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Tangis haru mewarnai Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga, menjelang bulan suci Ramadan. Sebanyak 60 warga binaan melakukan prosesi sungkeman dan membasuh kaki kepada orang tersayang, termasuk istri atau ibunya, Sabtu (11/3/2023).

Salah seorang warga binaan Budiyanto, 48, mengaku sangat terharu dengan acara yang diinisiasi oleh Rutan Salatiga. Sebab, dia dan istrinya sudah 1,5 tahun lebih tak bisa bertemu secara langsung.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

“Menjelang Lebaran ini kami bisa bertemu. Sudah hampir dua tahun ini kami tidak bertemu sama istri dan anak keterbatasan waktu dan jauh,” kata Budiyanto sambil meneteskan air mata, Sabtu (11/3/2023).

Dikatakan, keluarganya saat ini berada di Surakarta. Sehingga untuk bertemu membutuhkan waktu dan biaya yang lebih. Selama hampir dua tahun ini Budiyanto hanya bisa berkomunikasi jarak jauh dengan anak dan istrinya melalui video call.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Rutan Salatiga yang telah memfasilitasi antara kami dan anak-anak untuk bisa bertemu. Acara sungkeman seperti ini belum pernah kami lakukan. Saya tidak bisa cerita. Ini lebih dari segalanya karena pertemuan kami dengan anak dan keluarga sesuatu yang luar biasa,” terang Budiyanto sambil berkaca-kaca.

Sementara itu istri Budiyanto, Erlina, 46, mengaku sangat senang bercampur haru bisa bertemu suaminya lagi dalam acara sungkeman tersebut.

“Bisa dipertemukan dengan acara seperti ini karena sudah lama enggak ketemu. Jadi ya senang bahagia,” ungkapnya.

Terlebih, anak-anaknya bisa ketemu ayahnya dan sungkeman sebelum Ramadan. Saling maaf memaafkan. Pertemuan itu juga membuat Erlina meluapkan hatinya.

“Ya plong, senang. Pengennya cepet pulang,” harap Erlina.

Kepala Rutan Salatiga, Andri Lesmano, mengaku acara sungkeman dengan istri atau orang tua ini diselenggarakan menghadapi Ramadan.

Pihaknya mempertemukan keluarga dengan warga binaan agar mereka bisa menumbuhkan niat untuk menjadi orang yang lebih baik lagi di bulan suci Ramadan.

“Itu berkaitan dengan pengakuan dosa dan berjanji dalam dirinya sendiri agar melupakan masa lalunya yang mungkin melanggar nilai-nilai hukum atau etika bermasyarakat,” jelas Andri.

Andri mengatakan kegiatan ini terinspirasi dengan budaya masyarakat Salatiga yang melakukan ziarah di makam leluhur atau nyadran sebelum bulan suci Ramadan.

“Itu masyarakat ada nyadran kalau di sini. Ada bersih desa, bersih makam. Alangkah baiknya apabila masih ada keluarga disini kenapa kita tidak meminta maaf langsung,” terang Andri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya