SOLOPOS.COM - Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy. (Antara-BPBD Cilacap)

Semarangpos.com, CILACAP — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Cilacap, Jawa Tengah mengimbau warga yang bermukim di daerah rawan longsor untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana tersebut saat musim penghujan.

“Warga yang bermukim di daerah bertebing atau perbukitan, kami imbau untuk mengecek kondisi tanah di sekelilingnya. Kalau ada rekahan-rekahan tanah akibat kekeringan, segeralah ditutup agar tidak kemasukan air hujan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy di Cilacap, Jawa Tengah, Senin (30/9/2019).

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Menurut dia, rekahan-rekahan tanah yang terjadi akibat kekeringan itu rawan longsor jika terkena guyuran hujan. Selain itu, kata dia, warga juga diimbau untuk mengecek saluran air agar bebas dari sumbatan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya banjir saat musim penghujan.

“Kurangi kerimbunan dahan pohon, terutama yang berada di atas tebing, agar tidak menambah beban saat musim hujan sehingga bisa memicu terjadinya longsor,” katanya.

Menurut dia, pengurangan kerimbunan dahan juga ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pohon tumbang akibat embusan angin kencang. “Apalagi saat sekarang sedang berlangsung masa pancaroba sehingga potensi terjadinya angin puting beliung cukup besar,” katanya.

Lebih lanjut, Tri Komara mengatakan berdasarkan hasil pemetaan potensi bencana, sejumlah kecamatan di wilayah barat Kabupaten Cilacap termasuk dalam kategori rawan longsor, antara lain Kecamatan Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung.

Menurut dia, daerah rawan banjir di Kabupaten Cilacap, antara lain Kecamatan Sidareja, Kedungreja, Gandrungmangu, Nusawungu, dan Kroya. “Kalau daerah rawan longsor dan pergerakan tanah itu mayoritas di wilayah barat Kabupaten Cilacap. Sementara untuk daerah rawan banjir tidak hanya di wilayah barat, juga di wilayah timur, seperti Kroya dan Nusawungu,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya angin puting beliung, terutama pada masa pancaroba hingga awal musim penghujan. Menurut dia, angin puting beliung yang seringkali muncul pada masa pancaroba ditandai dengan kondisi cuaca pada pagi hari terlihat cerah, namun menjelang siang menjadi mendung serta tampak adanya awan Cumulonimbus (Cb) yang berwarna gelap dan berbentuk seperti bunga kol.

“Angin puting beliung ini sifatnya lokal dan terjadinya singkat berbarengan dengan hujan yang disertai petir. Hujan pada masa pancaroba masih sporadis dan arah angin bervariasi,” ujarnya.

Lebih lanjut mengenai prakiraan awal musim hujan, Teguh mengatakan hal itu di setiap daerah berbeda-beda, namun untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas diprakirakan mulai pertengahan bulan Oktober. “Suatu wilayah dikatakan telah memasuki awal musim hujan jika curah hujannya dalam tiga dasarian [10 harian] berturut-turut sudah lebih dari 50 mm per dasarian. Kalau curah hujan pada dasarian pertama mencapai 50 mm, dasarian kedua misalnya 25 mm atau kurang dari 50 mm, dan dasarian ketiga lebih dari 50 milimeter, itu belum bisa dikatakan sebagai awal musim penghujan,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya