SOLOPOS.COM - Bunga tanaman wasabi. (FAO)

Solopos.com, BANJARNEGARA — Wasabi, tanaman asli Jepang yang berhasil dibudidaya di Indonesia menjadi salah satu komoditas berharga mahal yang diekspor Jawa Tengah (Jateng) pada akhir tahun lalu. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melepas produk pertanian itu ke luar negeri dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat (31/12/2021).

Selain wasabi, komoditas lain yang diekspor, antara lain cabai hijau, mukimame, kopi, kapok, albasia bare core, gula merah, sarang burung walet, tepung terigu dan tepung porang. 

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Mengutip laman resmi Pemprov, secara nasional, Jawa Tengah memang menjadi andalan untuk ekspor produk pertanian. Nilai ekspor pada akhir tahun lalu itu sebanyak 637,6 ton dengan total nilai ekspor Rp51 miliar. Berita selengkapnya bisa dibaca di Wasabi Asal Jawa Tengah Diekspor Mahal ke Jepang.

Kaum muda berusia 17 tahun hingga 30 tahun berpendapat Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) sangat penting segera disahkan. RUU PDP sangat penting untuk mencegah kekerasan berbasis gender online.

Baca Juga: Koalisi Menuju Dua Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden

Pembahasan RUU PDP yang tak jelas kapan selesai dan masih berhenti pada pembahasan ihwal posisi dan bentuk lembaga otoritas perlindungan daya pribadi menunjukkan pemerintah dan DPR menganggap keamanan warga di wilayah digital tak begitu penting.

Ini bertentangan dengan promosi pemerintah di G20 yang menyebut ekonomi digital sebagai pilihan Indonesia untuk masa depan. Anggapan itu juga menjadi logis ketika kebocoran data pribadi dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta terus berulang dengan penyelesaian yang tidak jelas. Berita selengkapnnya bisa dibaca di Kebocoran Data Pribadi dan Keamanan Warga yang Makin Rentan.

Baca Juga: Sekaten, Tradisi Religi Jadi Budaya dan Alat Legitimasi Raja

Pemerintah diminta mencari alternatif kebijakan lain untuk menahan harga harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan menimbulkan gejolak inflasi di tengah masyarakat—terutama rakyat kecil—yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19.

”Jika harga BBM bersubsidi dinaikkan, kelompok rentan miskin akan kembali terjerembap ke jurang kemiskinan,” ujar Manajer Advokasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra), Ervyn Kaffah, melalui siaran pers yang diakses Solopos.com pada Minggu (28/8/2022).

Dia mengatakan ruang fiskal anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih mampu menahan harga BBM bersubsidi karena pemerintah telah diuntungkan dengan kenaikan pendapatan yang tumbuh signifikan pada tahun ini. Berita selengkapnya bisa dibaca di Jalan Baik Selain Menaikkan Harga BBM Bersubsidi.

Baca Juga: Runtuhnya Kejayaan Kopi Arabika Jawa pada Akhir Abad ke-19

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya